Friday, November 30, 2018

Obsgyn-KISTA BARTOLINI

I. PENGALAMAN
Pada hari Rabu, 10 Januari 2018 pukul 09.30 WIB Ny. S usia 35 tahun G4P3A1 datang ke poliklinik kandungan Rumah Sakit Umum Daerah dengan keluhan terdapat benjolan di kemaluannya. Benjolan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan membesar. Benjolan dirasakan perih ketika pasien beraktivitas.
Pada pemeriksaan keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik terkait didapatkan benjolan sebesar telur puyuh di labia mayor dextra arah jam 7, batas jelas, eritema (-), nyeri tekan (-), teraba kenyal, immobile.
Pasien didiagnosis kista Bartholini dan akan dilakukan ekstirpasi.
II. MASALAH YANG DIKAJI
1. Apakah yang dimaksud dengan kista Bartholini?
2. Bagaimana penatalaksanaan kista Bartholini?
III. ANALISIS MASALAH
1. Kista Bartholini
a. Definisi 


Kista Bartholini adalah tumor kistik jinak yang ditimbulkan akibat saluran kelenjar Bartholini yang mengalami sumbatan yang biasanya disebabkan oleh infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae (Widjanarko, 2007). Penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di vagina menyebabkan cairan lubrikasi pada vagina tidak keluar (Baradero, 2006). Kelenjar Bartholini terdapat pada sepertiga bagian bawah vagina, di balik bibir kemaluan, di sebelah kiri dan kanan. Kelenjar Bartholini terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 dan 8, mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus, panjang saluran pembuangannya sekitar 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Saluran pembuangan ini berakhir diantara labia minor dan hymen dan dilapisi sel-sel epitel skuamus (Amiruddin, 2004). Apabila kelenjar ini terinfeksi (salah satu atau kedua duanya), salurannya dapat tersumbat karena melengket akibatnya cairan yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut akan menumpuk didalam rongganya. Kelenjar menjadi besar, dan teraba menonjol sebagai Kista Bartholini (Rahman, 2008).
b. Etiologi
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini tersumbat. Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan kulit pada penutup saluran kelenjar bartholini. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista.
Penyebab sumbatan:
1) Infeksi:
Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum, seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia.
2) Non infeksi:
a) Stenosis / atresia congenital
b) Trauma mekanik
c) Inspissated mucous
3) Tanda dan Gejala
Pasien dengan kista dapat memberi gejala berupa pembengkakan labial tanpa disertai nyeri.
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat diperoleh dari pemeriksaan terhadap Kista Bartholini adalah sebagai berikut:
1) Pasien mengeluhkan adanya massa yang tidak disertai rasa sakit, unilateral, dan tidak disertai dengan tanda – tanda selulitis di sekitarnya.
2) Jika berukuran besar, kista dapat tender.
3) Discharge dari kista yang pecah bersifat nonpurulent
2. Penatalaksanaan
Pengobatan kista Bartholini bergantung pada gejala pasien. Suatu kista tanpa gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan, kista yang menimbulkan gejala dan abses kelenjar memerlukan drainase.
Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan. Tindakan itu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menimbulkan perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa resiko sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan. 

a. Kateter Word
 
Indikasi: kista Bartholini
Keuntungan:
1) Minimal trauma, nyeri sedikit
2) Coitus tidak terganggu
3) Tindakan sederhana
Teknik :
1) Anestesi lokal
2) Insisi 2 cm
3) Kateter dipasang, balon diisi dengan 2-3 ml air
4) Pertahankan 3-4 minggu, dalam waktu ini duktus akan mengalami epithelialisasi
5) Kateter diangkat
Kateter word memang dirancang untuk kasus kista/abses bartholin. Setelah dipasang, kateter word ini dibiarkan selama 4 minggu dan penderita dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual, sampai kateter dilepas. Setelah 4 minggu akan terbentuk saluran drainase baru dari kista bartholin Secara kosmetik hasilnya cukup bagus karena orifisiumnya akan mengecil dan hampir tidak terlihat.
b. Marsupialisasi
 
Indikasi : Kista bartholin kronik dan berulang
Keuntungan:
1) Komplikasi < dari ekstirpasi
2) Fungsi lubrikasi dipertahankan
Kerugian: Rekurensi 10-15% karena penutupan dan fibrosis orifisium
Teknik:
1) Posisi lithotomi
2) Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menentukan luasnya kista
3) Tindakan aseptik & antiseptik
4) Labia diretraksi dengan benang 3.0 sehingga tampak introitus vagina
5) Buat insisi di atas mukosa vagina pada perbatasan dengan introitus sampai mencapai dinding kista
6) Dinding kista diinsisi, keluarkan semua isinya
7) Dinding kista dipegang dengan klem Allis
8) Dinding kista dijahit secara terputus dengan benang absorbable 3.0 kolateral dengan kulit introitus, ke medial dengan mukosa vagina
9) Tidak diperlukan tampon/drain
Marsupialisasi adalah pilihan terapi apabila setelah penggunaan kateter word terjadi rekurensi atau tidak ada kateter word. Prinsipnya adalah membuat insisi elips dengan skalpel di luar atau di dalam cincin hymen (jangan di luar labium mayor karena dapat timbul fistel). Insisi harus cukup dalam mengiris kulit dan dinding kista di bawahnya (untuk kemudian dibuang). Apabila terdapat lokulasi, dibersihkan. Kemudian dinding kista didekatkan dengan kulit menggunakan benang 3.0 atau 4.0 dan dijahit interrupted. Angka rekurens sekitar 10%.
c. Eksisi/Ekstirpasi
Indikasi :
1) Abses/kista persisten
2) Abses/kista rekuren
3) Terdapat indurasi pada basal kista yang sulit dicapai dengan marsupialisasi
4) Kista pada usia > 40 tahun (dapat menjadi ganas)
Keuntungan : Kecil kemungkinan rekuren
Kerugian/Komplikasi :
1) Perdarahan (a.pudenda)
2) Hematoma
3) Selulitis
4) Pembentukan scar yang nyeri
5) Sisa jaringan kista yang tidak terangkat sepenuhnya à rekuren
6) Fungsi lubrikasi (-)
Eksisi dilakukan jika terjadi rekurensi berulang. Sebaiknya tindakan ini dilakukan di kamar operasi oleh karena biasanya akan terjadi perdarahan yang banyak yang berasal dari plexus venosus bulbus vestibuli, dan pernah dilaporkan terjadinya septik syok pasca tindakan. Komplikasi lain adalah selulitis dan dyspareuni.
d. Pengobatan Medikamentosa
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular seksual biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan chlamydia. Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase.
IV. DOKUMENTASI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. S
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Dukunan, Donorejo, Magelang
Nama suami : Bp. P
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Satpam SMK
Agama : Islam
Alamat : Dukunan, Donorejo, Magelang
2. ANAMNESIS (tanggal 10 Januari 2018 pukul 10.00 WIB)
a. Keluhan Utama
Benjolan di kelamin
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan di kelamin dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan membesar. Benjolan dirasakan perih ketika pasien beraktivitas. Pasien mengaku sering mengalami keputihan sebelum masa menstruasi sejak melahirkan anak keempat tahun 2013. Keputihan yang dialami biasanya gatal, kadang berbau busuk, konsistensi cair-kental, berwarna putih dan banyak. Pasien mengaku nyeri saat berhubungan setelah siklus menstruasi selesai. Riwayat demam dan trauma sebelumnya disangkal. Riwayat berganti pasangan disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang serupa disangkal
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit menular seksual (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama disangkal
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit kelamin (-)
e. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 12 tahun
Lama haid : 5-6 hari
Siklus : teratur, 30 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut per hari
Haid disertai rasa sakit : (-)
Hari pertama menstruasi terakhir: 30 Desember 2017
f. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah satu kali dengan suami sekarang, lama pernikahan 11 tahun.
g. Riwayat Obstetri (G4P3A1)
No.
Keadaan kehamilan, persalinan, keguguran dan nifas
Umur sekarang
Keadaan anak
Tempat perawatan
1.
Hamil aterm, spontan, perempuan, BBL: 2450 gram, lahir langsung menangis, nifas baik
10 tahun
Sehat
Bidan
2.
Hamil aterm, spontan, laki-laki, BBL: 2800 gram, lahir langsung menangis, nifas baik
9 tahun
Sehat
Bidan
3.
1,5 bulan, mola hidatidosa
Tahun 2012
Kuretase
dr. Haryono, Sp.OG
4.
Hamil aterm, spontan, perempuan, BBL: 2900 gram, lahir langsung menangis, nifas baik
4 tahun
Sehat
Bidan
h. Riwayat Operasi
1) Kuretase atas indikasi mola hidatidosa tahun 2012
i. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien pernah menggunakan KB suntik pada tahun 2008 (suntik 3 bulan sekali) dan berganti menggunakan IUD selama 4 tahun terakhir.
3. PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5), Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 17 x/menit
Suhu : 36,5oC
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 58 kg
Kepala
Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher
Tidak ada pembengkakan. JVP tidak meningkat
Thoraks
Inspeksi : simetris, tidak ada ketertinggalan gerak, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : SDV +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- , S1-S2 regular, bising (-)
Abdomen
Supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, timpani (+)
Hepar dan lien tidak teraba
TFU tidak teraba
Ekstremitas
Akral teraba hangat, nadi teraba kuat, edema (-)
b. Pemeriksaan Ginekologis
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Fluxus (-), fluor (+): sekret warna putih, konsistensi agak kental, bau busuk (-)
Vulva: Tampak benjolan di labia mayor dextra arah jam 7, ukuran 5x2x2 cm (sebesar telur puyuh), batas jelas, eritema (-), benjolan teraba kenyal, immobile, nyeri tekan (+).
Uretra, vagina: tak ada kelainan.
Portio: sebesar jempol tangan.
OUE: tertutup.
Corpus uteri: sebesar telur ayam.
Adneksa dan parametrium: normal. Cavum Douglas: dalam batas normal
4. DIAGNOSIS
Kista Bartholini
5. SIKAP
a. Cek darah rutin
b. Pro ekstirpasi (11/1/2018)
Lampiran darah rutin (10/1/2018)
Hb: 12,7g/dl
Leukosit: 8600/ml
Eosinofil: 1%
Basofil: 0%
Netrofil segmen: 65%
Limfosit: 28%
Monosit: 6%
Eritrosit: 4700000/ml
Hematokrit: 38,5%
Trombosit: 404000/ml
Golongan Darah: O
HbsAg: negatif
V. DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, D. 2004. Penyakit Menular Seksual. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK-UNHAS. Makassar.
Azikin, A. S. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Wanita Usia Subur tentang Kista Bartholini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2012. 2012. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.
Baradero, M. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas . Jakarta: EGC.
Rahman, Piece A. 2008. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Erlangga
Widjanarko. 2009 . Standar Pelayanan Medic Obstetri dan Ginekologi. Perkumpulan Ginekologi dan Onstetri Indonesia

No comments:

Post a Comment