I. PENGALAMAN
Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher
Tidak ada pembengkakan. JVP tidak meningkat
Thoraks
Inspeksi : simetris, tidak ada ketertinggalan gerak, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : SDV +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- , S1-S2 regular, bising (-)
Abdomen
Supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, timpani (+)
Hepar dan lien tidak teraba
TFU tidak teraba
Ekstremitas
Akral teraba hangat, nadi teraba kuat, edema (-)
b. Pemeriksaan Ginekologis
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Kista Bartholini
5. SIKAP
a. Cek darah rutin
b. Pro ekstirpasi (11/1/2018)
Lampiran darah rutin (10/1/2018)
Hb: 12,7g/dl
Leukosit: 8600/ml
Eosinofil: 1%
Basofil: 0%
Netrofil segmen: 65%
Limfosit: 28%
Monosit: 6%
Eritrosit: 4700000/ml
Hematokrit: 38,5%
Trombosit: 404000/ml
Golongan Darah: O
HbsAg: negatif
Pada hari Rabu, 10 Januari 2018 pukul 09.30 WIB Ny. S usia 35 tahun G4P3A1
datang ke poliklinik kandungan Rumah Sakit Umum Daerah
dengan keluhan terdapat benjolan di kemaluannya. Benjolan dirasakan sejak 6
bulan yang lalu dan membesar. Benjolan dirasakan perih ketika pasien
beraktivitas.
Pada pemeriksaan keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik terkait didapatkan benjolan sebesar telur
puyuh di labia mayor dextra arah jam 7, batas jelas, eritema (-), nyeri
tekan (-), teraba kenyal, immobile.
Pasien didiagnosis kista Bartholini dan akan dilakukan ekstirpasi.
II. MASALAH YANG DIKAJI
1. Apakah yang dimaksud dengan kista Bartholini?
2. Bagaimana penatalaksanaan kista Bartholini?
III. ANALISIS MASALAH
1. Kista Bartholini
a. Definisi
Kista Bartholini adalah tumor kistik jinak yang ditimbulkan akibat saluran
kelenjar Bartholini yang mengalami sumbatan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae (Widjanarko, 2007).
Penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di vagina menyebabkan cairan
lubrikasi pada vagina tidak keluar (Baradero, 2006). Kelenjar Bartholini
terdapat pada sepertiga bagian bawah vagina, di balik bibir kemaluan, di
sebelah kiri dan kanan. Kelenjar Bartholini terletak posterolateral dari
vestibulum arah jam 4 dan 8, mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel
kubus, panjang saluran pembuangannya sekitar 2,5 cm dan dilapisi oleh
sel-sel epitel transisional. Saluran pembuangan ini berakhir diantara labia minor dan hymen dan dilapisi sel-sel epitel skuamus
(Amiruddin, 2004). Apabila kelenjar ini terinfeksi (salah satu atau kedua
duanya), salurannya dapat tersumbat karena melengket akibatnya cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar tersebut akan menumpuk didalam rongganya. Kelenjar
menjadi besar, dan teraba menonjol sebagai Kista Bartholini (Rahman, 2008).
b. Etiologi
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini
tersumbat. Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya
pertumbuhan kulit pada penutup saluran kelenjar bartholini. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Obstruksi distal saluran Bartolini
bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari
duktus dan pembentukan kista.
Penyebab sumbatan:
1) Infeksi:
Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum,
seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit
menular seksual seperti gonore dan klamidia.
2) Non infeksi:
a) Stenosis / atresia congenital
b) Trauma mekanik
c) Inspissated mucous
3) Tanda dan Gejala
Pasien dengan kista dapat memberi gejala berupa pembengkakan labial tanpa
disertai nyeri.
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat diperoleh dari pemeriksaan terhadap
Kista Bartholini adalah sebagai berikut:
1) Pasien mengeluhkan adanya massa yang tidak disertai rasa sakit,
unilateral, dan tidak disertai dengan tanda – tanda selulitis di
sekitarnya.
2) Jika berukuran besar, kista dapat tender.
3) Discharge dari kista yang pecah bersifat nonpurulent
2. Penatalaksanaan
Pengobatan kista Bartholini bergantung pada gejala pasien. Suatu kista
tanpa gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan, kista yang menimbulkan
gejala dan abses kelenjar memerlukan drainase.
Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa. Dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan.
Tindakan itu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa
menimbulkan perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai
tindakan tanpa resiko sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang
terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan.
a. Kateter Word
Indikasi: kista Bartholini
Keuntungan:
1) Minimal trauma, nyeri sedikit
2) Coitus tidak terganggu
3) Tindakan sederhana
Teknik :
1) Anestesi lokal
2) Insisi 2 cm
3) Kateter dipasang, balon diisi dengan 2-3 ml air
4) Pertahankan 3-4 minggu, dalam waktu ini duktus akan mengalami
epithelialisasi
5) Kateter diangkat
Kateter word memang dirancang untuk kasus kista/abses bartholin. Setelah
dipasang, kateter word ini dibiarkan selama 4 minggu dan penderita
dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual, sampai kateter dilepas.
Setelah 4 minggu akan terbentuk saluran drainase baru dari kista bartholin
Secara kosmetik hasilnya cukup bagus karena orifisiumnya akan mengecil dan
hampir tidak terlihat.
b. Marsupialisasi
Indikasi : Kista bartholin kronik dan berulang
Keuntungan:
1) Komplikasi < dari ekstirpasi
2) Fungsi lubrikasi dipertahankan
Kerugian: Rekurensi 10-15% karena penutupan dan fibrosis orifisium
Teknik:
1) Posisi lithotomi
2) Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menentukan luasnya kista
3) Tindakan aseptik & antiseptik
4) Labia diretraksi dengan benang 3.0 sehingga tampak introitus vagina
5) Buat insisi di atas mukosa vagina pada perbatasan dengan introitus
sampai mencapai dinding kista
6) Dinding kista diinsisi, keluarkan semua isinya
7) Dinding kista dipegang dengan klem Allis
8) Dinding kista dijahit secara terputus dengan benang absorbable 3.0
kolateral dengan kulit introitus, ke medial dengan mukosa vagina
9) Tidak diperlukan tampon/drain
Marsupialisasi adalah pilihan terapi apabila setelah penggunaan kateter
word terjadi rekurensi atau tidak ada kateter word. Prinsipnya adalah
membuat insisi elips dengan skalpel di luar atau di dalam cincin hymen
(jangan di luar labium mayor karena dapat timbul fistel). Insisi harus
cukup dalam mengiris kulit dan dinding kista di bawahnya (untuk kemudian
dibuang). Apabila terdapat lokulasi, dibersihkan. Kemudian dinding kista
didekatkan dengan kulit menggunakan benang 3.0 atau 4.0 dan dijahit interrupted. Angka rekurens sekitar 10%.
c. Eksisi/Ekstirpasi
Indikasi :
1) Abses/kista persisten
2) Abses/kista rekuren
3) Terdapat indurasi pada basal kista yang sulit dicapai dengan
marsupialisasi
4) Kista pada usia > 40 tahun (dapat menjadi ganas)
Keuntungan : Kecil kemungkinan rekuren
Kerugian/Komplikasi :
1) Perdarahan (a.pudenda)
2) Hematoma
3) Selulitis
4) Pembentukan scar yang nyeri
5) Sisa jaringan kista yang tidak terangkat sepenuhnya à rekuren
6) Fungsi lubrikasi (-)
Eksisi dilakukan jika terjadi rekurensi berulang. Sebaiknya tindakan ini
dilakukan di kamar operasi oleh karena biasanya akan terjadi perdarahan
yang banyak yang berasal dari plexus venosus bulbus vestibuli, dan pernah
dilaporkan terjadinya septik syok pasca tindakan. Komplikasi lain adalah
selulitis dan dyspareuni.
d. Pengobatan Medikamentosa
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular seksual
biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan chlamydia.
Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan
drainase.
IV. DOKUMENTASI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. S
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Dukunan, Donorejo, Magelang
Nama suami : Bp. P
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Satpam SMK
Agama : Islam
Alamat : Dukunan, Donorejo, Magelang
2. ANAMNESIS (tanggal 10 Januari 2018 pukul 10.00 WIB)
a. Keluhan Utama
Benjolan di kelamin
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan di kelamin dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan membesar.
Benjolan dirasakan perih ketika pasien beraktivitas. Pasien mengaku sering
mengalami keputihan sebelum masa menstruasi sejak melahirkan anak keempat
tahun 2013. Keputihan yang dialami biasanya gatal, kadang berbau busuk,
konsistensi cair-kental, berwarna putih dan banyak. Pasien mengaku nyeri
saat berhubungan setelah siklus menstruasi selesai. Riwayat demam dan
trauma sebelumnya disangkal. Riwayat berganti pasangan disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang serupa disangkal
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit menular seksual (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama disangkal
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit DM (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit kelamin (-)
e. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 12 tahun
Lama haid : 5-6 hari
Siklus : teratur, 30 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut per hari
Haid disertai rasa sakit : (-)
Hari pertama menstruasi terakhir: 30 Desember 2017
f. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah satu kali dengan suami sekarang, lama pernikahan 11 tahun.
g. Riwayat Obstetri (G4P3A1)
No.
|
Keadaan kehamilan, persalinan, keguguran dan nifas
|
Umur sekarang
|
Keadaan anak
|
Tempat perawatan
|
1.
|
Hamil aterm, spontan, perempuan, BBL: 2450 gram, lahir
langsung menangis, nifas baik
|
10 tahun
|
Sehat
|
Bidan
|
2.
|
Hamil aterm, spontan, laki-laki, BBL: 2800 gram, lahir
langsung menangis, nifas baik
|
9 tahun
|
Sehat
|
Bidan
|
3.
|
1,5 bulan, mola hidatidosa
|
Tahun 2012
|
Kuretase
|
dr. Haryono, Sp.OG
|
4.
|
Hamil aterm, spontan, perempuan, BBL: 2900 gram, lahir
langsung menangis, nifas baik
|
4 tahun
|
Sehat
|
Bidan
|
h. Riwayat Operasi
1) Kuretase atas indikasi mola hidatidosa tahun 2012
i. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien pernah menggunakan KB suntik pada tahun 2008 (suntik 3 bulan sekali)
dan berganti menggunakan IUD selama 4 tahun terakhir.
3. PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5), Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 17 x/menit
Suhu : 36,5oC
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 58 kg
Kepala
Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher
Tidak ada pembengkakan. JVP tidak meningkat
Thoraks
Inspeksi : simetris, tidak ada ketertinggalan gerak, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : SDV +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- , S1-S2 regular, bising (-)
Abdomen
Supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, timpani (+)
Hepar dan lien tidak teraba
TFU tidak teraba
Ekstremitas
Akral teraba hangat, nadi teraba kuat, edema (-)
b. Pemeriksaan Ginekologis
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Fluxus (-), fluor (+): sekret warna putih, konsistensi agak kental, bau
busuk (-)
Vulva: Tampak benjolan di labia mayor dextra arah jam 7, ukuran 5x2x2 cm
(sebesar telur puyuh), batas jelas, eritema (-), benjolan teraba kenyal,
immobile, nyeri tekan (+).
Uretra, vagina: tak ada kelainan.
Portio: sebesar jempol tangan.
OUE: tertutup.
Corpus uteri: sebesar telur ayam.
Adneksa dan parametrium: normal. Cavum Douglas: dalam batas normal
4. DIAGNOSIS
Kista Bartholini
5. SIKAP
a. Cek darah rutin
b. Pro ekstirpasi (11/1/2018)
Lampiran darah rutin (10/1/2018)
Hb: 12,7g/dl
Leukosit: 8600/ml
Eosinofil: 1%
Basofil: 0%
Netrofil segmen: 65%
Limfosit: 28%
Monosit: 6%
Eritrosit: 4700000/ml
Hematokrit: 38,5%
Trombosit: 404000/ml
Golongan Darah: O
HbsAg: negatif
V. DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, D. 2004. Penyakit Menular Seksual. Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK-UNHAS. Makassar.
Azikin, A. S. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Wanita Usia
Subur tentang Kista Bartholini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2012. 2012.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.
Baradero, M. 2006.
Seri Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Reproduksi dan
Seksualitas
. Jakarta: EGC.
Rahman, Piece A. 2008. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
Erlangga
Widjanarko. 2009 . Standar Pelayanan Medic Obstetri dan Ginekologi. Perkumpulan
Ginekologi dan Onstetri Indonesia
No comments:
Post a Comment