Monday, December 10, 2018

Tuberkulosis paru BTA (-) , Diabetes mellitus tipe 1 tidak terkontrol, Obesitas grade 1

A. IDENTITAS PASIEN
No Kasus :
3
Nama Lengkap :
M
Jenis kelamin:
Umur:
P
26 tahun
Alamat :
Jln. Madubronto, Patangpuluhan
Telepon/ No.HP :
-
Pekerjaan :
Tidak bekerja
Agama :
Katolik
Pendidikan terakhir :
SMA
B. ANAMNESIS PENYAKIT (DISEASE )
1. Keluhan Utama: Kontrol rutin sakit tuberkulosis
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
(Uraikan sejak timbul hingga berkembangnya penyakit, obat-obatan yang telah diminum, pelayanan kesehatan yang telah didapatkan termasuk sikap dan perilaku klien, keluarga dan lingkungan terhadap masalah yang ada)
Pasien wanita usia 26 tahun datang ke Puskesmas W untuk kontrol sakit tuberkulosis yang telah dideritanya sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasakan batuk yang tidak kunjung sembuh sejak November 2016 (11 bulan yang lalu). Batuk semakin parah ketika bulan Mei 2017, disertai dahak kuning bahkan pernah ada bercak cokelat-kemerahan ketika batuk. Pasien merasakan demam setiap sore hari, disertai keringat malam hari, nafsu makan menurun dan berat badan menurun. Berat badan menurun 10 kg dalam kurun waktu 4 minggu (dari 83 kg menjadi 73 kg). Pasien kemudian memeriksakan dirinya ke dokter umum, kemudian dokter memberikan pengantar untuk melakukan foto rontgen thorax di laboratorium klinik utama Prima Diagnostika, didapatkan gambaran TB pulmo dextra, active, moderately advanced lesion. Pasien kemudian dirujuk ke Puskesmas W  untuk dilakukan pengobatan. Pasien kemudian diperiksa dari awal, sebagai pasien penyakit TB. Hasil sputum BTA didapatkan +++. Hasil tes HIV non reaktif. Pasien mendapatkan FDC 5 tablet setiap kali minum, setiap hari.
Pasien memulai pengobatan fase awal pada tanggal 8 Agustus 2017. Pasien sudah melakukan cek sputum BTA akhir fase awal, hasilnya negatif. Pengobatan akhir fase awal pada tanggal 2 Oktober 2017. Saat ini pasien sudah memasuki pengobatan fase lanjutan sejak tanggal 3 Oktober 2017 (minum obat setiap hari Senin, Rabu dan Jumat). Pasien direncanakan cek dahak bulan kelima pada tanggal 27 Desember 2017. Pengobatan fase lanjutan direncanakan berakhir pada tanggal 24 Januari 2018. Seminggu sebelumnya akhir pengobatan fase lanjutan dilakukan cek dahak pada akhir pengobatan.
Sampai saat dikunjungi, pasien masih mengira-ngira sumber penularan sakit yang dideritanya. Pasien mencurigai teman gerejanya, ada yang memiliki keluhan batuk lama dan riwayat batuk darah. Namun teman pasien tersebut tidak pernah memeriksakan diri ke dokter, dengan alasan takut didiagnosis sakit parah.
Pasien juga diketahui menderita diabetes mellitus tipe 1 sejak usia 17 tahun. Pasien tidak rutin kontrol untuk sakit diabetes mellitus yang dideritanya, pasien juga tidak pernah menggunakan insulin yang diberikan dokter spesialis penyakit dalam (dosis: 10U-10U-10U), dengan alasan tidak berani untuk menyuntikkan pada dirinya sendiri. Pasien kemudian meminta obat dari Puskesmas dan diberikan Glibenklamid 5mg 1x1 tablet (pagi), tetapi jarang diminum.
Saat ini keluhan pasien adalah masih batuk, tapi sudah sedikit berkurang. Tidak ada keluhan BAB dan BAK.
3. Riwayat Penyakit Dahulu (beserta Pengobatan)
(Uraikan penyakit yang ada pada klien, pengobatan, pembedahan dan riwayat alergi. Uraikan pula pelayanan kesehatan yang telah diterima termasuk imunisasi dan skrining)
a. Riwayat Diabetes Mellitus Tipe 1: sejak usia 17 tahun. Tidak kontrol rutin. Pengobatan Puskesmas: Glibenklamid 5mg 1x1 tablet (pagi). Pengobatan RS W: Insulin (Novorapid) 10U-10U-10U
b. Riwayat Tuberkulosis: sejak Agustus 2017. FDC fase lanjutan 5 tablet hari Senin, Rabu dan Jumat.
c. Riwayat mondok:
1) Usia 9 tahun: demam tifoid (di Sumatera)
2) Usia 17 tahun: demam berdarah (di RS N selama 4 hari) dan terdiagnosis diabetes mellitus tipe 1
d. Riwayat alergi: disangkal
e. Riwayat imunisasi: pasien mengatakan lupa. Scar BCG (+)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
(Uraikan penyakit yang ada pada keluarga termasuk riwayat pengobatan. Diagram riwayat keluarga disusun dalam bentuk genogram digambarkan terpisah).
a. Riwayat diabetes mellitus:
1) Ayah: sejak 20 tahun yang lalu, sudah meninggal
2) Kakek dari Ayah: meninggal
3) Ibu: sejak 1 tahun yang lalu
4) Kakek dari Ibu: meninggal
b. Riwayat hipertensi: Ibu (+) sejak 15 tahun yang lalu
c. Riwayat hiperkolesterolemia: Ibu (+) sejak 1 tahun yang lalu
d. Riwayat tuberkulosis: sepupu dari pihak ibu, sudah meninggal
5. Riwayat Personal Sosial
(Uraikan pula faktor risiko yang ada pada klien dan keluarganya dengan menggali berbagai permasalahan dalam aspek-aspek pendidikan, pekerjaan, keluarga asal dan rumah tangga sekarang, serta minat dan gaya hidup)
a. Pendidikan: pasien lulusan SMA. Pasien sempat melanjutkan studi S1 ke Universitas P  namun berhenti di semester akhir, karena masalah tugas akhir yang tidak kunjung selesai. Pasien mengatakan dosen pembimbing pasien sempat diganti sehingga mengakibatkan kemauan pasien untuk menyelesaikan skripsi menurun. Tugas skripsi pasien sudah pada tahap perizinan ke sekolah untuk melakukan penelitian.
b. Pekerjaan: pasien saat ini sudah tidak bekerja. Dulu pasien pernah bekerja sebagai guru les private dan perangkai bunga di gereja, namun semenjak sakit pasien tidak bekerja lagi.
c. Gaya hidup: pasien tidak memperhatikan pola makannya, suka sembarang makan. Pasien jarang berolahraga. Pasien tidur setiap hari pukul 22.00 dan bangun pada pukul 06.00 pagi. Aktivitas pasien saat ini adalah mengerjakan tugas rumah seperti mencuci, memasak dan mengikuti kegiatan di Gereja.
6. Review Sistem
(Anamnesis berdasarkan tinjauan pada semua sistem tubuh untuk mengantisipasi hal-hal yang terlewatkan sebelumnya)
a. Sistem saraf pusat: demam (-), penurunan kesadaran (-)
b. Sistem saraf perifer: kesemutan (-), tidak ada keluhan
c. Sistem pernafasan: batuk (berkurang), sesak (jarang)
d. Sistem kardiovaskular: deg-degan (-)
e. Sitem pencernaan: BAB tidak ada keluhan
f. Sistem urogenital: tidak ada keluhan
g. Sistem integumentum: tidak ada keluhan
C. ANAMNESIS PENGALAMAN SAKIT ( ILLNESS)
Pengalaman Sakit Pasien
(Uraikan pengalaman sakit pasien yang meliputi: pikiran, perasaan, efek pada fungsi dan harapan)
1. Pikiran: Pasien masih memikirkan sumber penularan sakit tuberkulosis yang dideritanya saat ini. Pasien memikirkan bahwa sakit diabetes mellitus yang dideritanya adalah faktor keturunan.
2. Perasaan: Awal terdiagnosis tuberkulosis, pasien merasa takut akan meninggal seperti kakak sepupu pasien. Namun, sekarang pasien sudah tidak merasa takut setelah diberikan informasi dari dokter Puskesmas, bahwa tuberkulosis bisa disembuhkan. Sekarang pasien merasa khawatir bisa menularkan tuberkulosis kepada adiknya.
Pasien juga merasakan sedih terhadap sakit diabetes mellitus yang dideritanya saat usia masih muda.
3. Efek pada fungsi: pasien sudah tidak bekerja lagi seperti dahulu lagi.
4. Harapan: pasien ingin sembuh dari sakit tuberkulosis dan diabetes, sehingga bisa mencari pekerjaan lagi.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum = Baik
2. Kesadaran = Compos mentis
3. Tanda Vital =
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : 36,7°C
4. Antropometri =
Tinggi Badan : 161 cm Indeks Massa Tubuh (IMT): 28,16 kg/m 2
Berat Badan : 73 kg
Lingkar Pinggang: 100 cm
Lingkar Panggul : 108 cm Waist-Hip Ratio: 0,92
Lingkar Lengan Atas: 32 cm
Status Gizi : obesitas grade 1
5. Pemeriksaan Umum=
Kulit : sianosis (-), ikterik (-)
Kelenjar Limfe : tidak teraba pembesaran
Otot : eutrofi, tonus otot baik
Tulang : deformitas (-)
Sendi : gerakan bebas
6. Pemeriksaan Khusus
Kepala : mesocephal, rambut warna hitam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut dan Gigi : stomatitis (-), lidah terlapis mukosa putih
Tenggorokan : faring hiperemis (-)
Leher : tidak teraba limfonodi
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
simetris
Ketertinggalan gerak (-)
Sonor (+/+)
Vesikuler (↓/+) ronkhi (++/+) wheezing (-/-)
Jantung
Ictus cordis tidak tampak
Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra
Jantung kesan tidak membesar
BJ I-II reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Datar
Supel, hepar dan lien tidak teraba
Timpani
Bising usus (+) normal
Anogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral þ Hangat Dingin
Kanan Atas
Kiri Atas
Kanan Bawah
Kiri Bawah
Gerakan
Bebas
Bebas
Bebas
Bebas
Tonus
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Refleks Fisiologis
Normal
Normal
Normal
Normal
Refleks Patologis
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Sensibilitas
Normal
Normal
Normal
Normal
Meningeal Signs
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium:
7 Agustus 2017 (Puskesmas):
Gula darah sewaktu: 393 mg/dL (H)
Ureum: 13,7 mg/dL
Kreatinin: 0,7 mg/dL
SGOT: 10 ml
SGPT: 10 ml
HIV: Non Reaktif
23 Agustus 2017 (RS Wirosaban):
Gula darah
Glukosa darah puasa: 257 mg/dL (H)
Glukosa 2 jam PP: 283 mg/dL (H)
Faal Lemak
Kolesterol total: 144 mg/dL
HDL: 39 mg/dL (L)
LDL: 85 mg/dL
Trigliserida: 99 mg/dL
Ginjal
Ureum: 10 mg/dL (L)
Kreatinin: 0,7 mg/dL
2. Radiologi:
Rontgen Thorax (24 Juli 2017) Prima Diagnostika:
Kesan: Cor: normal
Pulmo: TB pulmo dextra, active, moderately, advanced lesion
Anjuran: serial foto 6 bulan
3. Lainnya:
Tes sputum BTA (7 Agustus 2017) awal fase awal: +++
Tes sputum BTA (25 September 2017) akhir fase awal: -
F. PATOGENESIS/ PATOFISIOLOGI (MEKANISME)
(Berikan uraian pathogenesis/ patofisiologi (mekanisme) dari penyakit utama yang terjadi)
1. Diabetes Mellitus


 
2. Tuberkulosis Paru
 
G. DIAGNOSIS KLINIS
1. Differential Diagnosis =
Tuberkulosis Paru BTA (-) dd pneumonia dd kanker paru
Diabetes mellitus tipe 1 dd toleransi glukosa oral terganggu, gula darah puasa terganggu
Obesitas grade 1 dd overweight dd obesitas grade 2
2. Diagnosis Kerja=
Tuberkulosis paru BTA (-)
Diabetes mellitus tipe 1 tidak terkontrol
Obesitas grade 1
H. DATA ANGGOTA KELUARGA INTI (KELUARGA ASAL)
No.
Nama
Jenis Kelamin
Tgl Lahir/
Umur
Pekerjaan
No.HP
Status Kesehatan
1.
P
L
1959
-
-
Meninggal (sakit DM)
2.
C
P
1962
Guru SD (kelas 4)
-
Sakit DM, Hiperkolesterolemia
3.
M
P
1991
Tidak bekerja
-
DM, TB
4.
A
P
1993
Pengajar privat
-
Sehat
I. DATA ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
No.
Nama
Jenis Kelamin
Tgl Lahir/
Umur
Pekerjaan
No.HP
Status Kesehatan
1.
M
P
1991
Tidak bekerja
-
DM, TB
2.
A
P
1993
Pengajar privat
-
Sehat
J. INSTRUMEN PENILAIAN KELUARGA (FAMILY ASSESMENT TOOLS)
1. Genogram Keluarga ( Family Genogram )
 
2. Bentuk Keluarga ( Family Structure )
Single parent family (keluarga orangtua tunggal)
Goldenberg, 1980
3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle )
Launching children and moving on
Carter & McGoldrink, 1989
4. Peta Keluarga ( Family Map )
(Buatlah peta keluarga yang menggambarkan psikodinamika keluarga sesuai kaidah umum pembuatan peta keluarga dilengkapi dengan keterangan/legenda di bawahnya). 

Keterangan:
HT: hipertensi
DM: diabetes mellitus
=: close
5. APGAR Keluarga ( Family APGAR)
[Adaptability-Partnership-Growth-Affection-Resolve ]
(Isilah instrumen APGAR berikut sebagai skrining awal untuk melihat adanya disfungsi keluarga)
APGAR Keluarga
Hampir selalu
(2)
Kadang-kadang (1)
Hampir tidak pernah (0)
1. Saya merasa puas karena saya dapat meminta pertolongan kepada keluarga saya ketika saya menghadapi permasalahan
Ö
2. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya membahas berbagai hal dengan saya dan berbagi masalah dengan saya.
Ö
3. Saya merasa puas karena keluarga saya menerima dan mendukung keinginan-keinginan saya untuk memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup saya.
Ö
4. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan, kesedihan dan cinta.
Ö
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan saya berbagi waktu bersama.
Ö
Skor Total
8 (sangat fungsional)
Skala pengukuran: Skor: Contoh:
Hampir selalu = 2 8-10 = Sangat fungsional Jumlah = 7 poin.
Kadang-kadang = 1 4-7 = Disfungsional sedang Keluarga disfungsional sedang
Hampir tidak pernah = 0 0-3 = Disfungsional berat
6. SCREEM Keluarga ( Family SCREEM)
( Social-Cultural-Religious-Educational-Economic-Medical )
Aspek SCREEM
Sumber Daya
Patologis
Social
Interaksi dan komunikasi pasien dengan keluarga serta tetangga baik
Cultural
Pasien tidak percaya hal-hal yang gaib, sebagai penyebab sakitnya
Religious
Pasien beragama Katolik, taat beribadah setiap Minggu pagi di Gereja
Educational
Pasien lulusan SMA
Pengetahuan pasien tentang sakit diabetes mellitus dan tuberkulosis masih kurang
Economic
Ibu pasien bekerja sebagai seorang guru (PNS) SD dengan penghasilan sekitar Rp3.500.000,00 per bulan. Adik pasien bekerja sebagai pengajar private dengan penghasilan tidak menentu, sekitar Rp700.000,00 per bulan.
Pasien saat ini tidak bekerja lagi
Medical
Akses ke pelayanan kesehatan terjangkau
Pasien tidak memiliki jaminan kesehatan.
7. Perjalanan Hidup Keluarga ( Family Life Line )
Tahun
Usia
(Tahun)
Life Events/ Crisis
Severity of Illness
2000
9
Pasien sakit demam tifoid
2008
17
Pasien pindah sekolah ke Jawa (tinggal bersama neneknya)
Stressor psikologis
2008
17
Pasien sakit demam berdarah dan terdiagnosis DM
2009
18
Pasien pindah ke kos
2012
21
Ibu pasien terdiagnosis hipertensi
2014
23
Sepupu pasien meninggal
2015
24
Pasien pindah ke kontrakan
2016
25
Ayah pasien meninggal
2016
25
Pasien tidak menyelesaikan skripsi
2016
25
Ibu pasien terdiagnosis DM
2017
26
Pasien terdiagnosis TB
K. RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
1. Kondisi Rumah
(Jelaskan tentang kepemilikan rumah, situasi lokasi rumah, ukuran rumah, jenis dinding, lantai dan atap, kepadatan, kebersihan, pencahayaan, ventilasi, sumber dan penampungan air serta sanitasi.
Pasien tinggal di rumah kontrakan yang ditempati sejak September 2015. Kontrakan berukuran 6 x 10 meter persegi. Terdiri atas satu ruang tamu, satu gudang, dua kamar tidur, satu ruang tengah, dapur dan WC. Lokasi rumah terletak di kawasan padat penduduk. Dinding tembok, lantai semen, atap genteng. Kebersihan dan kerapihan rumah baik. Pencahayaan dan ventilasi dirasa cukup. Setiap kamar ada jendela, namun jendela terbuat dari kayu dan kaca yang tidak 100% tembus cahaya. Penampungan air di ember, dikuras setiap hari.
2. Lingkungan Sekitar Rumah
(Jelaskan tentang sumber dan penampungan air, pengaturan limbah, pembuangan sampah, situasi halaman, selokan, ,serta gambaran kedekatan dengan rumah tetangga sekitar)
Sumber air dari sumur, ditampung di ember. Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah di depan rumah. Halaman rumah adalah tanah tanpa pagar, tidak ada selokan di sekitar rumah.
3. Denah Rumah
(Gambarkan denah rumah/ pembagian ruangan dalam rumah, dilengkapi dengan keterangan/ legenda)

L. INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
No.
Indikator PHBS
Jawaban
Ya
Tidak
1.
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2.
Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan
3.
Menimbang berat badan balita setiap bulan
4.
Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
Ö
5.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Ö
6.
Menggunakan jamban sehat
Ö
7.
Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan
lingkungannya sekali seminggu
Ö
8.
Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari
Ö
9.
Melakukan aktivitas fisik atau olahraga
Ö
10
Tidak merokok di dalam rumah
Ö
Kesimpulan: rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat
M. CATATAN TAMBAHAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Nomor
Kunjungan
Tanggal
Catatan, Kesimpulan dan Rencana Tindak Lanjut
1
8/10/2017
Pasien masih belum mengatur pola makan dan aktivitas fisik.
Pasien masih takut menyuntikkan insulin
Edukasi modifikasi gaya hidup
2
11/10/2017
Pasien sudah bisa menyuntikkan insulin sendiri
Edukasi etika batuk
Konseling CEA diabetes mellitus
N. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Diagnosis Psiko - sosial & Kultural-spiritual =
Pengetahuan yang rendah tentang penyakitnya, kesulitan mengubah gaya hidup.
2. Diagnosis Holistik (Klinis plus Psiko - sosial & Kultural-spiritual )=
Tuberkulosis paru BTA (-), diabetes mellitus tipe 1 tidak terkontrol, obesitas grade 1 pada wanita dewasa dengan pengetahuan yang rendah tentang penyakitnya dan kesulitan mengubah gaya hidup.
O. RENCANA PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
1. Upaya Promotif:
Memberikan edukasi pasien dan keluarga pasien tentang:
a. Gambaran bahwa DM merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dikendalikan; dan hal ini tergantung dari perilaku kesehatan pasien sendiri.
b. Penyakit DM dan tuberkulosis: penyebab, faktor resiko, komplikasi dan pengelolaan.
c. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan diabetes mellitus, dan obesitas:
Makan dengan gizi seimbang, aktifitas fisik teratur, pola istirahat yang cukup, manajemen stress yang baik dan menghindari rokok, napza& free sex
d. Pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
e. Pentingnya kontrol penyakitnya ke dokter tiap 2 minggu sekali
f. Pentingnya monitor kadar gula darah minimal 1 bulan sekali; serta profil lemak dan HbA1c 3 bulan sekali
g. Pentingnya menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
h. Pentingnya dukungan keluarga pada pasien dalam pengelolaan penyakitnya
2. Upaya Preventif:
a. Menerapkan pola makan dengan prinsip 3 J (jadwal, jenis, dan jumlah) untuk DM, dan obesitas,
b. Melakukan aktifitas fisik secara teratur selama 30 menit setiap hari
c. Menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal
d. Istirahat cukup minimal 6-8 jam/hari
e. Melakukan manajemen stress yang baik
f. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
g. Melakukan kontrol rutin ke dokter untuk penyakitnya tiap 2 minggu sekali
h. Monitoring kadar gula darah minimal 1 bulan sekali; serta profil lemak dan HbA1c 3 bulan sekali
i. Melakukan perawatan kaki dan senam diabetes tiap hari
j. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan: C-peptide, sputum (akhir pengobatan fase lanjutan), rontgen thorax (akhir pengobatan)
k. Mendapatkan konseling metode CEA (Catharsis-Education-Action) untuk mengatasi pengetahuan yang kurang tentang penyakit DM, obesitas dan tuberkulosis.
l. Melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
m. Skrining anggota keluarga untuk penyakit DM, obesitas dan tuberkulosis.
3. Upaya Kuratif:
Pasien mendapatkan terapi dari dokter:
FDC fase lanjutan (Rifampisin 150mg/Isoniazid 150mg) 5 tablet setiap kali minum hari Senin, Rabu dan Jumat
Insulin (Novorapid) 10U-10U-10U
Anjuran pengobatan TB pada pasien dengan Diabetes melitus (Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Kemenkes, 2014):
a. Panduan OAT yang diberikan pada prinsipnya sama dengan paduan OAT bagi pasien TB tanpa DM dengan syarat kadar gula darah terkontrol
b. Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat dilanjutkan sampai 9 bulan (fase lanjutan 7 bulan)
c. Hati hati efek samping dengan penggunaan Etambutol karena pasien DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata
d. Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisin karena akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
e. Perlu pengawasan sesudah pengobatan selesai untuk mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan
Insulin merupakan elemen utama kelangsungan hidup penderita DM tipe-1 (Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1, IDAI, 2015).
4. Upaya Rehabilitatif:
Pada pasien tidak diperlukan
5. Upaya Paliatif:
Pada pasien tidak diperlukan

No comments:

Post a Comment