A. IDENTITAS PASIEN
No Kasus : |
3
|
Nama Lengkap : |
M
|
Jenis kelamin: Umur: |
P
26 tahun
|
Alamat : |
Jln. Madubronto, Patangpuluhan
|
Telepon/ No.HP : |
-
|
Pekerjaan : |
Tidak bekerja
|
Agama : |
Katolik
|
Pendidikan terakhir : |
SMA
|
B. ANAMNESIS PENYAKIT (DISEASE )
1. Keluhan Utama:
Kontrol rutin sakit tuberkulosis
|
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
(Uraikan sejak timbul hingga berkembangnya penyakit,
obat-obatan yang telah diminum, pelayanan kesehatan yang
telah didapatkan termasuk sikap dan perilaku klien,
keluarga dan lingkungan terhadap masalah yang ada)
Pasien wanita usia 26 tahun datang ke Puskesmas W
untuk kontrol sakit tuberkulosis yang telah dideritanya
sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasakan batuk
yang tidak kunjung sembuh sejak November 2016 (11 bulan
yang lalu). Batuk semakin parah ketika bulan Mei 2017,
disertai dahak kuning bahkan pernah ada bercak
cokelat-kemerahan ketika batuk. Pasien merasakan demam
setiap sore hari, disertai keringat malam hari, nafsu makan
menurun dan berat badan menurun. Berat badan menurun 10 kg
dalam kurun waktu 4 minggu (dari 83 kg menjadi 73 kg).
Pasien kemudian memeriksakan dirinya ke dokter umum,
kemudian dokter memberikan pengantar untuk melakukan foto
rontgen thorax di laboratorium klinik utama Prima
Diagnostika, didapatkan gambaran TB pulmo dextra, active,
moderately advanced lesion. Pasien kemudian dirujuk ke
Puskesmas W untuk dilakukan pengobatan. Pasien
kemudian diperiksa dari awal, sebagai pasien penyakit TB.
Hasil sputum BTA didapatkan +++. Hasil tes HIV non reaktif.
Pasien mendapatkan FDC 5 tablet setiap kali minum, setiap
hari.
Pasien memulai pengobatan fase awal pada tanggal 8 Agustus
2017. Pasien sudah melakukan cek sputum BTA akhir fase
awal, hasilnya negatif. Pengobatan akhir fase awal pada
tanggal 2 Oktober 2017. Saat ini pasien sudah memasuki
pengobatan fase lanjutan sejak tanggal 3 Oktober 2017
(minum obat setiap hari Senin, Rabu dan Jumat). Pasien
direncanakan cek dahak bulan kelima pada tanggal 27
Desember 2017. Pengobatan fase lanjutan direncanakan
berakhir pada tanggal 24 Januari 2018. Seminggu sebelumnya
akhir pengobatan fase lanjutan dilakukan cek dahak pada
akhir pengobatan.
Sampai saat dikunjungi, pasien masih mengira-ngira sumber
penularan sakit yang dideritanya. Pasien mencurigai teman
gerejanya, ada yang memiliki keluhan batuk lama dan riwayat
batuk darah. Namun teman pasien tersebut tidak pernah
memeriksakan diri ke dokter, dengan alasan takut
didiagnosis sakit parah.
Pasien juga diketahui menderita diabetes mellitus tipe 1
sejak usia 17 tahun. Pasien tidak rutin kontrol untuk sakit
diabetes mellitus yang dideritanya, pasien juga tidak
pernah menggunakan insulin yang diberikan dokter spesialis
penyakit dalam (dosis: 10U-10U-10U), dengan alasan tidak
berani untuk menyuntikkan pada dirinya sendiri. Pasien
kemudian meminta obat dari Puskesmas dan diberikan
Glibenklamid 5mg 1x1 tablet (pagi), tetapi jarang diminum.
Saat ini keluhan pasien adalah masih batuk, tapi sudah
sedikit berkurang. Tidak ada keluhan BAB dan BAK.
|
3. Riwayat Penyakit Dahulu (beserta Pengobatan)
(Uraikan penyakit yang ada pada klien, pengobatan,
pembedahan dan riwayat alergi. Uraikan pula pelayanan
kesehatan yang telah diterima termasuk imunisasi dan
skrining)
a. Riwayat Diabetes Mellitus Tipe 1: sejak usia 17 tahun.
Tidak kontrol rutin. Pengobatan Puskesmas: Glibenklamid 5mg
1x1 tablet (pagi). Pengobatan RS W: Insulin
(Novorapid) 10U-10U-10U
b. Riwayat Tuberkulosis: sejak Agustus 2017. FDC fase
lanjutan 5 tablet hari Senin, Rabu dan Jumat.
c. Riwayat mondok:
1) Usia 9 tahun: demam tifoid (di Sumatera)
2) Usia 17 tahun: demam berdarah (di RS N selama 4
hari) dan terdiagnosis diabetes mellitus tipe 1
d. Riwayat alergi: disangkal
e. Riwayat imunisasi: pasien mengatakan lupa. Scar BCG (+)
|
4. Riwayat Penyakit Keluarga
(Uraikan penyakit yang ada pada keluarga termasuk riwayat
pengobatan. Diagram riwayat keluarga disusun dalam bentuk
genogram digambarkan terpisah).
a. Riwayat diabetes mellitus:
1) Ayah: sejak 20 tahun yang lalu, sudah meninggal 2) Kakek dari Ayah: meninggal 3) Ibu: sejak 1 tahun yang lalu 4) Kakek dari Ibu: meninggal b. Riwayat hipertensi: Ibu (+) sejak 15 tahun yang lalu c. Riwayat hiperkolesterolemia: Ibu (+) sejak 1 tahun yang lalu d. Riwayat tuberkulosis: sepupu dari pihak ibu, sudah meninggal |
5. Riwayat Personal Sosial
(Uraikan pula faktor risiko yang ada pada klien dan
keluarganya dengan menggali berbagai permasalahan dalam
aspek-aspek pendidikan, pekerjaan, keluarga asal dan rumah
tangga sekarang, serta minat dan gaya hidup)
a. Pendidikan: pasien lulusan SMA. Pasien sempat
melanjutkan studi S1 ke Universitas P namun berhenti di semester akhir, karena
masalah tugas akhir yang tidak kunjung selesai. Pasien
mengatakan dosen pembimbing pasien sempat diganti sehingga
mengakibatkan kemauan pasien untuk menyelesaikan skripsi
menurun. Tugas skripsi pasien sudah pada tahap perizinan ke
sekolah untuk melakukan penelitian.
b. Pekerjaan: pasien saat ini sudah tidak bekerja. Dulu
pasien pernah bekerja sebagai guru les private dan
perangkai bunga di gereja, namun semenjak sakit pasien
tidak bekerja lagi.
c. Gaya hidup: pasien tidak memperhatikan pola makannya,
suka sembarang makan. Pasien jarang berolahraga. Pasien
tidur setiap hari pukul 22.00 dan bangun pada pukul 06.00
pagi. Aktivitas pasien saat ini adalah mengerjakan tugas
rumah seperti mencuci, memasak dan mengikuti kegiatan di
Gereja.
|
6.
Review
Sistem
(Anamnesis berdasarkan tinjauan pada semua sistem tubuh
untuk mengantisipasi hal-hal yang terlewatkan sebelumnya)
a. Sistem saraf pusat: demam (-), penurunan kesadaran (-)
b. Sistem saraf perifer: kesemutan (-), tidak ada keluhan
c. Sistem pernafasan: batuk (berkurang), sesak (jarang)
d. Sistem kardiovaskular: deg-degan (-)
e. Sitem pencernaan: BAB tidak ada keluhan
f. Sistem urogenital: tidak ada keluhan
g. Sistem integumentum: tidak ada keluhan
|
C. ANAMNESIS PENGALAMAN SAKIT ( ILLNESS)
Pengalaman Sakit Pasien
(Uraikan pengalaman sakit pasien yang meliputi: pikiran,
perasaan, efek pada fungsi dan harapan)
1. Pikiran: Pasien masih
memikirkan sumber penularan sakit tuberkulosis yang
dideritanya saat ini. Pasien memikirkan bahwa sakit
diabetes mellitus yang dideritanya adalah faktor keturunan.
2. Perasaan: Awal
terdiagnosis tuberkulosis, pasien merasa takut akan
meninggal seperti kakak sepupu pasien. Namun, sekarang
pasien sudah tidak merasa takut setelah diberikan informasi
dari dokter Puskesmas, bahwa tuberkulosis bisa disembuhkan.
Sekarang pasien merasa khawatir bisa menularkan
tuberkulosis kepada adiknya.
Pasien juga merasakan sedih terhadap sakit diabetes
mellitus yang dideritanya saat usia masih muda.
3. Efek pada fungsi:
pasien sudah tidak bekerja lagi seperti dahulu lagi.
4. Harapan: pasien ingin
sembuh dari sakit tuberkulosis dan diabetes, sehingga bisa
mencari pekerjaan lagi.
|
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum = Baik
|
||||
2. Kesadaran = Compos mentis
|
||||
3. Tanda Vital =
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : 36,7°C
|
||||
4. Antropometri =
Tinggi Badan : 161 cm Indeks Massa Tubuh (IMT): 28,16 kg/m 2
Berat Badan : 73 kg
Lingkar Pinggang: 100 cm
Lingkar Panggul : 108 cm Waist-Hip Ratio: 0,92
Lingkar Lengan Atas: 32 cm
Status Gizi : obesitas grade 1
|
||||
5. Pemeriksaan Umum=
|
||||
Kulit : sianosis (-), ikterik (-)
|
||||
Kelenjar Limfe : tidak teraba pembesaran
|
||||
Otot : eutrofi, tonus otot baik
|
||||
Tulang : deformitas (-)
|
||||
Sendi : gerakan bebas
|
||||
6. Pemeriksaan Khusus
|
||||
Kepala : mesocephal, rambut warna hitam
|
||||
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
|
||||
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-)
|
||||
Telinga : sekret (-/-)
|
||||
Mulut dan Gigi : stomatitis (-), lidah terlapis mukosa
putih
|
||||
Tenggorokan : faring hiperemis (-)
|
||||
Leher : tidak teraba limfonodi
|
||||
Thorax
|
Inspeksi
|
Palpasi
|
Perkusi
|
Auskultasi
|
Paru
|
simetris
|
Ketertinggalan gerak (-)
|
Sonor (+/+)
|
Vesikuler (↓/+) ronkhi (++/+) wheezing (-/-)
|
Jantung
|
Ictus cordis tidak tampak
|
Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra
|
Jantung kesan tidak membesar
|
BJ I-II reguler, bising (-)
|
Abdomen
|
Inspeksi
|
Palpasi
|
Perkusi
|
Auskultasi
|
Datar
|
Supel, hepar dan lien tidak teraba
|
Timpani
|
Bising usus (+) normal
|
|
Anogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan
|
||||
Ekstremitas : Akral þ Hangat Dingin
|
||||
Kanan Atas
|
Kiri Atas
|
Kanan Bawah
|
Kiri Bawah
|
|
Gerakan
|
Bebas
|
Bebas
|
Bebas
|
Bebas
|
Tonus
|
5 5 5
|
5 5 5
|
5 5 5
|
5 5 5
|
Trofi
|
Eutrofi
|
Eutrofi
|
Eutrofi
|
Eutrofi
|
Refleks Fisiologis
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Refleks Patologis
|
Negatif
|
Negatif
|
Negatif
|
Negatif
|
Sensibilitas
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Meningeal Signs
|
Negatif
|
Negatif
|
Negatif
|
Negatif
|
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium:
7 Agustus 2017 (Puskesmas):
Gula darah sewaktu: 393 mg/dL (H)
Ureum: 13,7 mg/dL
Kreatinin: 0,7 mg/dL
SGOT: 10 ml
SGPT: 10 ml
HIV: Non Reaktif
23 Agustus 2017 (RS Wirosaban):
Gula darah
Glukosa darah puasa: 257 mg/dL (H)
Glukosa 2 jam PP: 283 mg/dL (H)
Faal Lemak
Kolesterol total: 144 mg/dL
HDL: 39 mg/dL (L)
LDL: 85 mg/dL
Trigliserida: 99 mg/dL
Ginjal
Ureum: 10 mg/dL (L)
Kreatinin: 0,7 mg/dL
|
2. Radiologi:
Rontgen Thorax (24 Juli 2017) Prima Diagnostika:
Kesan: Cor: normal
Pulmo: TB pulmo dextra, active, moderately, advanced lesion
Anjuran: serial foto 6 bulan
|
3. Lainnya:
Tes sputum BTA (7 Agustus 2017) awal fase awal: +++
Tes sputum BTA (25 September 2017) akhir fase awal: -
|
F. PATOGENESIS/ PATOFISIOLOGI (MEKANISME)
(Berikan uraian pathogenesis/ patofisiologi (mekanisme) dari penyakit utama
yang terjadi)
1. Diabetes Mellitus
2. Tuberkulosis Paru
|
G. DIAGNOSIS KLINIS
1. Differential Diagnosis =
Tuberkulosis Paru BTA (-) dd pneumonia dd kanker paru
Diabetes mellitus tipe 1 dd toleransi glukosa oral
terganggu, gula darah puasa terganggu
Obesitas grade 1 dd overweight dd obesitas grade 2
2. Diagnosis Kerja=
Tuberkulosis paru BTA (-)
Diabetes mellitus tipe 1 tidak terkontrol
Obesitas grade 1
|
H. DATA ANGGOTA KELUARGA INTI (KELUARGA ASAL)
No.
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Tgl Lahir/
Umur
|
Pekerjaan
|
No.HP
|
Status Kesehatan
|
1.
|
P
|
L
|
1959
|
-
|
-
|
Meninggal (sakit DM)
|
2.
|
C
|
P
|
1962
|
Guru SD (kelas 4)
|
-
|
Sakit DM, Hiperkolesterolemia
|
3.
|
M
|
P
|
1991
|
Tidak bekerja
|
-
|
DM, TB
|
4.
|
A
|
P
|
1993
|
Pengajar privat
|
-
|
Sehat
|
I. DATA ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
No.
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Tgl Lahir/
Umur
|
Pekerjaan
|
No.HP
|
Status Kesehatan
|
1.
|
M
|
P
|
1991
|
Tidak bekerja
|
-
|
DM, TB
|
2.
|
A
|
P
|
1993
|
Pengajar privat
|
-
|
Sehat
|
J. INSTRUMEN PENILAIAN KELUARGA (FAMILY ASSESMENT TOOLS)
1.
Genogram Keluarga (
Family Genogram
)
|
2.
Bentuk Keluarga (
Family Structure
)
Single parent family (keluarga orangtua tunggal)
Goldenberg, 1980
|
3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle )
Launching children and moving on
Carter & McGoldrink, 1989
|
4.
Peta Keluarga (
Family Map
)
(Buatlah peta keluarga yang menggambarkan psikodinamika
keluarga sesuai kaidah umum pembuatan peta keluarga
dilengkapi dengan keterangan/legenda di bawahnya).
Keterangan:
HT: hipertensi
DM: diabetes mellitus
=: close
|
5.
APGAR Keluarga (
Family
APGAR)
[Adaptability-Partnership-Growth-Affection-Resolve
]
(Isilah instrumen APGAR berikut sebagai skrining awal untuk
melihat adanya disfungsi keluarga)
|
APGAR Keluarga
|
Hampir selalu
(2)
|
Kadang-kadang
(1)
|
Hampir tidak pernah
(0)
|
1. Saya merasa puas karena saya dapat meminta pertolongan kepada keluarga saya ketika saya menghadapi permasalahan |
Ö
|
||
2. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya membahas berbagai hal dengan saya dan berbagi masalah dengan saya. |
Ö
|
||
3. Saya merasa puas karena keluarga saya menerima dan mendukung keinginan-keinginan saya untuk memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup saya. |
Ö
|
||
4. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan, kesedihan dan cinta. |
Ö
|
||
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan saya berbagi waktu bersama. |
Ö
|
||
Skor Total
|
8 (sangat fungsional)
|
|
6.
SCREEM Keluarga (
Family
SCREEM)
(
Social-Cultural-Religious-Educational-Economic-Medical
)
|
Aspek SCREEM
|
Sumber Daya
|
Patologis
|
Social
|
Interaksi dan komunikasi pasien dengan keluarga serta
tetangga baik
|
|
Cultural |
Pasien tidak percaya hal-hal yang gaib, sebagai penyebab
sakitnya
|
|
Religious |
Pasien beragama Katolik, taat beribadah setiap Minggu pagi
di Gereja
|
|
Educational |
Pasien lulusan SMA
|
Pengetahuan pasien tentang sakit diabetes mellitus dan
tuberkulosis masih kurang
|
Economic |
Ibu pasien bekerja sebagai seorang guru (PNS) SD dengan
penghasilan sekitar Rp3.500.000,00 per bulan. Adik pasien
bekerja sebagai pengajar private dengan
penghasilan tidak menentu, sekitar Rp700.000,00 per bulan.
|
Pasien saat ini tidak bekerja lagi
|
Medical |
Akses ke pelayanan kesehatan terjangkau
|
Pasien tidak memiliki jaminan kesehatan.
|
7.
Perjalanan Hidup Keluarga (
Family Life Line
)
|
Tahun
|
Usia
(Tahun)
|
Life Events/ Crisis
|
Severity of Illness
|
2000
|
9
|
Pasien sakit demam tifoid
|
|
2008
|
17
|
Pasien pindah sekolah ke Jawa (tinggal bersama neneknya)
|
Stressor psikologis
|
2008
|
17
|
Pasien sakit demam berdarah dan terdiagnosis DM
|
|
2009
|
18
|
Pasien pindah ke kos
|
|
2012
|
21
|
Ibu pasien terdiagnosis hipertensi
|
|
2014
|
23
|
Sepupu pasien meninggal
|
|
2015
|
24
|
Pasien pindah ke kontrakan
|
|
2016
|
25
|
Ayah pasien meninggal
|
|
2016
|
25
|
Pasien tidak menyelesaikan skripsi
|
|
2016
|
25
|
Ibu pasien terdiagnosis DM
|
|
2017
|
26
|
Pasien terdiagnosis TB
|
K. RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
1. Kondisi Rumah
(Jelaskan tentang kepemilikan rumah, situasi lokasi rumah, ukuran rumah, jenis dinding, lantai dan atap, kepadatan, kebersihan, pencahayaan, ventilasi, sumber dan penampungan air serta sanitasi.
Pasien tinggal di rumah kontrakan yang ditempati sejak
September 2015. Kontrakan berukuran 6 x 10 meter persegi.
Terdiri atas satu ruang tamu, satu gudang, dua kamar tidur,
satu ruang tengah, dapur dan WC. Lokasi rumah terletak di
kawasan padat penduduk. Dinding tembok, lantai semen, atap
genteng. Kebersihan dan kerapihan rumah baik. Pencahayaan
dan ventilasi dirasa cukup. Setiap kamar ada jendela, namun
jendela terbuat dari kayu dan kaca yang tidak 100% tembus
cahaya. Penampungan air di ember, dikuras setiap hari.
|
2. Lingkungan Sekitar Rumah
(Jelaskan tentang sumber dan penampungan air, pengaturan
limbah, pembuangan sampah, situasi halaman, selokan, ,serta
gambaran kedekatan dengan rumah tetangga sekitar)
Sumber air dari sumur, ditampung di ember. Sampah dibuang
di tempat pembuangan sampah di depan rumah. Halaman rumah
adalah tanah tanpa pagar, tidak ada selokan di sekitar
rumah.
|
3. Denah Rumah
(Gambarkan denah rumah/ pembagian ruangan dalam rumah,
dilengkapi dengan keterangan/ legenda)
|
L. INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
No.
|
Indikator PHBS
|
Jawaban
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan | ||
2.
|
Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan | ||
3.
|
Menimbang berat badan balita setiap bulan | ||
4.
|
Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
|
Ö
|
|
5.
|
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
|
Ö
|
|
6.
|
Menggunakan jamban sehat
|
Ö
|
|
7.
|
Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan
lingkungannya sekali seminggu |
Ö
|
|
8.
|
Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari
|
Ö
|
|
9.
|
Melakukan aktivitas fisik atau olahraga
|
Ö
|
|
10
|
Tidak merokok di dalam rumah
|
Ö
|
|
Kesimpulan:
rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat
|
M. CATATAN TAMBAHAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Nomor
Kunjungan
|
Tanggal
|
Catatan, Kesimpulan dan Rencana Tindak Lanjut
|
1
|
8/10/2017
|
Pasien masih belum mengatur pola makan dan aktivitas fisik.
Pasien masih takut menyuntikkan insulin
Edukasi modifikasi gaya hidup
|
2
|
11/10/2017
|
Pasien sudah bisa menyuntikkan insulin sendiri
Edukasi etika batuk
Konseling CEA diabetes mellitus
|
N. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Diagnosis Psiko
-
sosial
& Kultural-spiritual
=
Pengetahuan yang rendah tentang penyakitnya, kesulitan
mengubah gaya hidup.
2. Diagnosis Holistik (Klinis
plus
Psiko
-
sosial
& Kultural-spiritual
)=
Tuberkulosis paru BTA (-), diabetes mellitus tipe 1 tidak
terkontrol, obesitas grade 1 pada wanita dewasa dengan
pengetahuan yang rendah tentang penyakitnya dan kesulitan
mengubah gaya hidup.
|
O. RENCANA PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
1. Upaya Promotif:
Memberikan edukasi pasien dan keluarga pasien tentang:
a. Gambaran bahwa DM merupakan penyakit kronik yang tidak
dapat disembuhkan, tapi dapat dikendalikan; dan hal ini
tergantung dari perilaku kesehatan pasien sendiri.
b. Penyakit DM dan tuberkulosis: penyebab, faktor resiko,
komplikasi dan pengelolaan.
c. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan
diabetes mellitus, dan obesitas:
Makan dengan gizi seimbang, aktifitas fisik teratur, pola
istirahat yang cukup, manajemen stress yang baik dan
menghindari rokok, napza& free sex
d. Pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran
dokter
e. Pentingnya kontrol penyakitnya ke dokter tiap 2 minggu
sekali
f. Pentingnya monitor kadar gula darah minimal 1 bulan
sekali; serta profil lemak dan HbA1c 3 bulan sekali
g. Pentingnya menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam kehidupan sehari-hari
h. Pentingnya dukungan keluarga pada pasien dalam
pengelolaan penyakitnya
2. Upaya Preventif:
a. Menerapkan pola makan dengan prinsip 3 J (jadwal, jenis,
dan jumlah) untuk DM, dan obesitas,
b. Melakukan aktifitas fisik secara teratur selama 30 menit
setiap hari
c. Menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal
d. Istirahat cukup minimal 6-8 jam/hari
e. Melakukan manajemen stress yang baik
f. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
g. Melakukan kontrol rutin ke dokter untuk penyakitnya tiap
2 minggu sekali
h. Monitoring kadar gula darah minimal 1 bulan sekali;
serta profil lemak dan HbA1c 3 bulan sekali
i. Melakukan perawatan kaki dan senam diabetes tiap hari
j. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan: C-peptide, sputum
(akhir pengobatan fase lanjutan), rontgen thorax (akhir
pengobatan)
k. Mendapatkan konseling metode CEA
(Catharsis-Education-Action) untuk mengatasi pengetahuan
yang kurang tentang penyakit DM, obesitas dan tuberkulosis.
l. Melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
m. Skrining anggota keluarga untuk penyakit DM, obesitas
dan tuberkulosis.
3. Upaya Kuratif:
Pasien mendapatkan terapi dari dokter:
FDC fase lanjutan (Rifampisin 150mg/Isoniazid 150mg) 5
tablet setiap kali minum hari Senin, Rabu dan Jumat
Insulin (Novorapid) 10U-10U-10U
Anjuran pengobatan TB pada pasien dengan Diabetes melitus
(Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Kemenkes,
2014):
a. Panduan OAT yang diberikan pada prinsipnya sama dengan
paduan OAT bagi pasien TB tanpa DM dengan syarat kadar gula
darah terkontrol
b. Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama
pengobatan dapat dilanjutkan sampai 9 bulan (fase lanjutan
7 bulan)
c. Hati hati efek samping dengan penggunaan Etambutol
karena pasien DM sering mengalami komplikasi kelainan pada
mata
d. Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisin karena akan
mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil
urea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
e. Perlu pengawasan sesudah pengobatan selesai untuk
mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan
Insulin merupakan elemen utama kelangsungan hidup penderita
DM tipe-1 (Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tipe 1, IDAI, 2015).
4. Upaya Rehabilitatif:
Pada pasien tidak diperlukan
5. Upaya Paliatif:
Pada pasien tidak diperlukan
|
No comments:
Post a Comment