REFLEKSI KASUS HIDUP
I. DESKRIPSI KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Bpk W
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Alamat : Mangunrejo, Tegalrejo
Pekerjaan : Buruh bangunan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indoensia
Nomor rekam medis : X-XX-XX-XX
B. RESUME MEDIS
1. Anamnesis
a. Riwayat Sebelum Peristiwa
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan tidak mengonsumsi
obat rutin. Pasien sebelumnya belum pernah mengalami kecelakaan.
b. Riwayat Peristiwa
Pada hari Selasa, 7 November 2017 sekitar pukul 19.00 WIB, pasien
tiba-tiba ditabrak oleh sepeda motor saat hendak menyeberang jalan dari
posisi samping tubuh pasien, kemudian pasien terjatuh ke aspal dan
tidak sadarkan diri. Kejadian berlangsung di jalan Ketandan,
Suryatmajan, Yogyakarta. Kemudian pasien dibawa ke Rumah Sakit Harjo
Lukito. Pasien kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr. S pada hari Rabu, 8 November 2017 pukul 10.00 WIB. Keluarga baru
mengetahui kondisi pasien setelah dua hari terjadinya peristiwa
kecelakaan tersebut (Kamis, 9 November 2017).
c. Riwayat Setelah Peristiwa
Pasien dirujuk ke RSUP Dr. S dalam keadaan tidak sadar. Menurut
keterangan keluarga, pasien tidak sadar semenjak keluarga mengetahui
kejadian tersebut sampai dilakukan pemeriksaan pada hari Jumat, 10
November 2017 pukul 11.30 WIB. Menurut keterangan medis, pasien sempat
mengalami keluar darah melalui lubang telinga kanan dan lubang hidung
kanan. Saat diperiksa pasien dirawat di ruang High Care Unit
Lantai 2, RSUP Dr. S.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Belum pernah mengalami keluhan serupa, tidak memiliki riwayat gangguan
mental yang terganggu sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa
2. Pemeriksaan Fisik
a. KU: Lemah
b. Kesadaran: koma, GCS: E1V1M3
c. Vital sign:
TD: 125/100mmHg
HR: 70x/menit
RR: 22/menit
T: afebris
b. Kesadaran: koma, GCS: E1V1M3
c. Vital sign:
TD: 125/100mmHg
HR: 70x/menit
RR: 22/menit
T: afebris
d. Antropometri
BB: 50 kg
TB: 160 cm
e. Kepala
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor Ø 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+), hematome periorbita dextra (+), ottorhagia (-/-),
rinorrhagia (-/-), bibir sianosis (-).
f. Leher: terpasang collar neck, Range of Motion sulit
dinilai
g. Thorax:
Inspeksi: simetris (+), jejas (-), retraksi dada (-/-)
Palpasi: vokal fremitus simetris (+)
Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi paru: suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonkhi (-/-)
Auskultasi jantung: S1-S2 reguler, bising (-)
Status lokalis regio klavikula:
Look: swelling (-) deformity (-) wound (-)
Feel: nyeri tekan (sulit dinilai), krepitasi (+), false movement (+)
Movement: limited due to pain
h. Abdomen:
Inspeksi: distensi (-), jejas (-), permukaan datar
Auskultasi: peristaltik (+) normal
Perkusi: timpani (+)
Palpasi: defans (-), nyeri tekan (-)
i. Pelvis: stabil
j. Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, nadi kuat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: darah lengkap dalam batas normal
b. USG Abdomen: tak tampak cairan bebas, organ abdomen dbn
c. MSCT Kepala:
1) Tampak lesi hiperdens dengan tebal >1 cm berbentuk crescent shape
regio frontotempral sinistra
2) Tampak lesi hiperdens di girus dan sulkus
d. Foto vertebra cervical, proyeksi AP, lateral dan oblique: hypolordosis
vertebra cervicalis
e. Foto thorax, proyeksi AP, posisi supine: pulmo tak tampak kelainan,
besar cor normal, tak tampak fraktur pada sistema tulang yang
tervisualisasi, tak tampak tanda-tanda hidropneumotoraks pada foto toraks
saat ini
f. Foto vertebra thoracolumbal AP dan lateral view: tak tampak kelainan
pada vertebra thoracolumbal
g. Foto vertebra lumbosacral AP dan lateral view: tak tampak kelainan pada
vertebra lumbosacral
h. Foto pelvis: tak tampak kelainan pada pelvis
i. Foto Clavicula Dextra, AP, cephalad, Y dan axilla view:
Tampak soft tissue swelling pada regio shoulder dextra
Trabekulasi tulang baik
Tampak discontinuitas complete oblique cum distractionem di os clavicula
dextra pars tertia lateralis
Joint space tak menyempit maupun melebar
Kesan
: Fracture complete oblique cum distractionem pada os clavicula dextra pars
tertia lateral
4. Diagnosis
a. Fracture maxilla dextra
b. Contusio cerebral regio frontoparietal sinistra
c. Traumatic SDH akut regio frontotemporoparietal sinistra
d. Traumatic SAH
e. Traumatic cerebral edema
f. Close fracture of lateral end of the right clavicle
g. Cedera Kepala Berat
II. MASALAH
1. Bagaimana cara mendeskripsikan luka pada pasien jika dibutuhkan visum et repertum?
2. Apakah jenis luka yang sering ditemukan pada pasien kecelakaan lalu
lintas?
III. PEMBAHASAN
1. Luka adalah suatu keadaan di mana terjadi ketidaksinambungan jaringan
tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan
dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat mekanik, fisika dan kimia.
Kekerasan yang bersifat mekanik contohnya adalah kekerasan oleh benda
tumpul, kekerasan oleh benda tajam dan tembakan senjata api. Kekerasan yang
bersifat fisika contohnya akibat suhu, listrik, petir, perubahan tekanan
udara, akustik dan radiasi. Kekerasan yang bersifat kimia contohnya asam
atau basa kuat. Luka akibat kekerasan tumpul disebabkan oleh benda-benda
yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar
(kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek
(vulnus laseratum). Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah
kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh
kekerasan benda tumpul.
Dalam mendeskripsikan luka pada pasien, harus mencakup:
a. Regio dan sisi tubuh yang terdapat luka
b. Posisi atau lokasi luka dalam kaitannya dengan tanda anatomi yang tetap,
misalnya jarak dari garis tengah, di bawah klavikula, dll berdasarkan
koordinat (X dan Y).
c. Jenis luka: memar, abrasi atau laserasi, dll.
d. Bentuk luka: bulat, tidak beraturan
e. Warna luka
f. Kondisi luka: bersih atau kotor
g. Dimensi atau ukuran luka, misalnya panjang, lebar dan kedalaman.
h. Arah luka
i. Dasar luka
j. Jumlah luka
Dalam kasus ini, luka pada pasien dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pada mata kanan, dua sentimeter dari sumbu tengah tubuh, satu sentimeter
dari pangkal hidung ke bawah, terdapat luka memar, bentuk oval, warna biru
keunguan, kondisi bersih, dengan ukuran panjang empat sentimeter dan lebar
tiga sentimeter, berjumlah satu buah.
b. Pada pipi kanan tidak terdapat luka dan teraba derik tulang di bagian
rahang atas kanan.
c. Pada dada, tidak terdapat luka dan teraba derik tulang pada bahu kanan.
2. Kecelakaan lalu lintas merenggut 1,25 juta jiwa setiap tahunnya.
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan pertama penduduk
usia 15-29 tahun. Di Indonesia, proporsi cedera akibat kecelakaan lalu
lintas sebesar 27,0% dari semua cedera, dengan tingkat keparahan yang
tinggi.2 Angka kecelakaan tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2012
yaitu sekitar 117.949 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia sekitar
29.544 jiwa, luka berat 39.704 orang dan sisanya mengalami luka ringan.
Jenis luka pada kasus kecelakaan lalu lintas pada keseluruhan kasus
kecelakaan lalu lintas yang masuk di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal BL U RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2010-2011,
ditemukan jumlah luka terbanyak adalah luka lecet sebanyak 299 luka. Dengan
bagian kepala dan leher sebagai lokasi cedera tersering.
Jenis luka yang paling sering ditemukan pada pejalan kaki dan pengendara
sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas adalah luka lecet.
Namun, terdapat jenis luka yang berbeda bermakna antara pejalan kaki dengan
pengendara sepeda motor, yaitu fraktur, dimana pengendara sepeda motor
lebih sering mengalami fraktur dibandingkan pejalan kaki. Menurut teori,
pola luka pada pejalan kaki memiliki kekhasan tersendiri. Secara klasik,
pejalan kaki akan mengalami bumper impact yang menyebabkan trauma
pada ekstremitas bawah, hood and windscreen impact menyebabkan
trauma dada dan abdomen dan ground impact yang menyebabkan trauma
kepala dan servikal, mekanisme ini dinamakan Waddle’s Triad.
Lokasi luka paling banyak terjadi di kepala dan ekstremitas atas (87%)
diikuti ekstremitas bawah (82,6%) pada pejalan kaki serta di kepala (100%)
diikuti ekstremitas atas (90,5%) dan ekstremitas bawah (85,7%) pada
pengendara sepeda motor. Lokasi luka yang memiliki perbedaaan bermakna
adalah luka pada dada, dimana pengendara sepeda motor lebih sering
mengalami trauma pada dada dibandingkan pejalan kaki.
IV. KESIMPULAN
Pada pemeriksaan korban kecelakaan lalu lintas perlu dilakukan
identifikasi, penjelasan dan deskripsi luka yang lengkap jika dibutuhkan
pembuatan visum et repertum. Jenis luka yang sering ditemukan pada
korban kecelakaan lalu lintas adalah luka lecet dengan lokasi paling banyak
di bagian kepala.
V. REFERENSI
Angela, Z.A., Tomuka, D.C & Siwu, J. 2013. Pola Luka pada Kasus
Kecelakaan Lalu Lintas di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
2010-2011. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013,
hlm. 676-685.
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Abdul Mun'im, Sidhi, dkk.
1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Indriani, D & Yulianti, K. 2016. Pola Luka Korban Kecelakaan Lalu
Lintas pada Pejalan Kaki dan Pengendara Sepeda Motor. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Kementrian Perhubungan RI Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Perhubungan darat dalam angka 2013. Jakarta; 2014.
Universitas Hasanuddin Makassar. 2012. Handout Keterampilan Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal. Laboratorium Keterampilan Klinik, Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.
World Health Organization (WHO). Global status report on road safety 2015.
Switzerland; 2015.
No comments:
Post a Comment