Friday, November 30, 2018

Forensik-REFLEKSI KASUS HIDUP KLL

REFLEKSI KASUS HIDUP
I. DESKRIPSI KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Bpk W
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Alamat : Mangunrejo, Tegalrejo
Pekerjaan : Buruh bangunan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indoensia
Nomor rekam medis : X-XX-XX-XX
B. RESUME MEDIS
1. Anamnesis
a. Riwayat Sebelum Peristiwa
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan tidak mengonsumsi obat rutin. Pasien sebelumnya belum pernah mengalami kecelakaan.
b. Riwayat Peristiwa
Pada hari Selasa, 7 November 2017 sekitar pukul 19.00 WIB, pasien tiba-tiba ditabrak oleh sepeda motor saat hendak menyeberang jalan dari posisi samping tubuh pasien, kemudian pasien terjatuh ke aspal dan tidak sadarkan diri. Kejadian berlangsung di jalan Ketandan, Suryatmajan, Yogyakarta. Kemudian pasien dibawa ke Rumah Sakit Harjo Lukito. Pasien kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr. S pada hari Rabu, 8 November 2017 pukul 10.00 WIB. Keluarga baru mengetahui kondisi pasien setelah dua hari terjadinya peristiwa kecelakaan tersebut (Kamis, 9 November 2017).
c. Riwayat Setelah Peristiwa
Pasien dirujuk ke RSUP Dr. S dalam keadaan tidak sadar. Menurut keterangan keluarga, pasien tidak sadar semenjak keluarga mengetahui kejadian tersebut sampai dilakukan pemeriksaan pada hari Jumat, 10 November 2017 pukul 11.30 WIB. Menurut keterangan medis, pasien sempat mengalami keluar darah melalui lubang telinga kanan dan lubang hidung kanan. Saat diperiksa pasien dirawat di ruang High Care Unit Lantai 2, RSUP Dr. S.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Belum pernah mengalami keluhan serupa, tidak memiliki riwayat gangguan mental yang terganggu sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa
2. Pemeriksaan Fisik

a. KU: Lemah
b. Kesadaran: koma, GCS: E1V1M3
c. Vital sign:
TD: 125/100mmHg
HR: 70x/menit
RR: 22/menit
T: afebris

d. Antropometri
BB: 50 kg
TB: 160 cm
e. Kepala
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor Ø 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), hematome periorbita dextra (+), ottorhagia (-/-), rinorrhagia (-/-), bibir sianosis (-).
f. Leher: terpasang collar neck, Range of Motion sulit dinilai
g. Thorax:
Inspeksi: simetris (+), jejas (-), retraksi dada (-/-)
Palpasi: vokal fremitus simetris (+)
Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi paru: suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonkhi (-/-)
Auskultasi jantung: S1-S2 reguler, bising (-)
Status lokalis regio klavikula:
Look: swelling (-) deformity (-) wound (-)
Feel: nyeri tekan (sulit dinilai), krepitasi (+), false movement (+)
Movement: limited due to pain
h. Abdomen:
Inspeksi: distensi (-), jejas (-), permukaan datar
Auskultasi: peristaltik (+) normal
Perkusi: timpani (+)
Palpasi: defans (-), nyeri tekan (-)
i. Pelvis: stabil
j. Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, nadi kuat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: darah lengkap dalam batas normal
b. USG Abdomen: tak tampak cairan bebas, organ abdomen dbn
c. MSCT Kepala:
1) Tampak lesi hiperdens dengan tebal >1 cm berbentuk crescent shape regio frontotempral sinistra
2) Tampak lesi hiperdens di girus dan sulkus
d. Foto vertebra cervical, proyeksi AP, lateral dan oblique: hypolordosis vertebra cervicalis
e. Foto thorax, proyeksi AP, posisi supine: pulmo tak tampak kelainan, besar cor normal, tak tampak fraktur pada sistema tulang yang tervisualisasi, tak tampak tanda-tanda hidropneumotoraks pada foto toraks saat ini
f. Foto vertebra thoracolumbal AP dan lateral view: tak tampak kelainan pada vertebra thoracolumbal
g. Foto vertebra lumbosacral AP dan lateral view: tak tampak kelainan pada vertebra lumbosacral
h. Foto pelvis: tak tampak kelainan pada pelvis
i. Foto Clavicula Dextra, AP, cephalad, Y dan axilla view:
Tampak soft tissue swelling pada regio shoulder dextra
Trabekulasi tulang baik
Tampak discontinuitas complete oblique cum distractionem di os clavicula dextra pars tertia lateralis
Joint space tak menyempit maupun melebar
Kesan : Fracture complete oblique cum distractionem pada os clavicula dextra pars tertia lateral
4. Diagnosis
a. Fracture maxilla dextra
b. Contusio cerebral regio frontoparietal sinistra
c. Traumatic SDH akut regio frontotemporoparietal sinistra
d. Traumatic SAH
e. Traumatic cerebral edema
f. Close fracture of lateral end of the right clavicle
g. Cedera Kepala Berat
II. MASALAH
1. Bagaimana cara mendeskripsikan luka pada pasien jika dibutuhkan visum et repertum?
2. Apakah jenis luka yang sering ditemukan pada pasien kecelakaan lalu lintas?
III. PEMBAHASAN
1. Luka adalah suatu keadaan di mana terjadi ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat mekanik, fisika dan kimia. Kekerasan yang bersifat mekanik contohnya adalah kekerasan oleh benda tumpul, kekerasan oleh benda tajam dan tembakan senjata api. Kekerasan yang bersifat fisika contohnya akibat suhu, listrik, petir, perubahan tekanan udara, akustik dan radiasi. Kekerasan yang bersifat kimia contohnya asam atau basa kuat. Luka akibat kekerasan tumpul disebabkan oleh benda-benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum). Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.
Dalam mendeskripsikan luka pada pasien, harus mencakup:
a. Regio dan sisi tubuh yang terdapat luka
b. Posisi atau lokasi luka dalam kaitannya dengan tanda anatomi yang tetap, misalnya jarak dari garis tengah, di bawah klavikula, dll berdasarkan koordinat (X dan Y).
c. Jenis luka: memar, abrasi atau laserasi, dll.
d. Bentuk luka: bulat, tidak beraturan
e. Warna luka
f. Kondisi luka: bersih atau kotor
g. Dimensi atau ukuran luka, misalnya panjang, lebar dan kedalaman.
h. Arah luka
i. Dasar luka
j. Jumlah luka
Dalam kasus ini, luka pada pasien dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pada mata kanan, dua sentimeter dari sumbu tengah tubuh, satu sentimeter dari pangkal hidung ke bawah, terdapat luka memar, bentuk oval, warna biru keunguan, kondisi bersih, dengan ukuran panjang empat sentimeter dan lebar tiga sentimeter, berjumlah satu buah.
b. Pada pipi kanan tidak terdapat luka dan teraba derik tulang di bagian rahang atas kanan.
c. Pada dada, tidak terdapat luka dan teraba derik tulang pada bahu kanan.
2. Kecelakaan lalu lintas merenggut 1,25 juta jiwa setiap tahunnya. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan pertama penduduk usia 15-29 tahun. Di Indonesia, proporsi cedera akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 27,0% dari semua cedera, dengan tingkat keparahan yang tinggi.2 Angka kecelakaan tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2012 yaitu sekitar 117.949 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia sekitar 29.544 jiwa, luka berat 39.704 orang dan sisanya mengalami luka ringan.
Jenis luka pada kasus kecelakaan lalu lintas pada keseluruhan kasus kecelakaan lalu lintas yang masuk di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal BL U RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2010-2011, ditemukan jumlah luka terbanyak adalah luka lecet sebanyak 299 luka. Dengan bagian kepala dan leher sebagai lokasi cedera tersering.
Jenis luka yang paling sering ditemukan pada pejalan kaki dan pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas adalah luka lecet. Namun, terdapat jenis luka yang berbeda bermakna antara pejalan kaki dengan pengendara sepeda motor, yaitu fraktur, dimana pengendara sepeda motor lebih sering mengalami fraktur dibandingkan pejalan kaki. Menurut teori, pola luka pada pejalan kaki memiliki kekhasan tersendiri. Secara klasik, pejalan kaki akan mengalami bumper impact yang menyebabkan trauma pada ekstremitas bawah, hood and windscreen impact menyebabkan trauma dada dan abdomen dan ground impact yang menyebabkan trauma kepala dan servikal, mekanisme ini dinamakan Waddle’s Triad.
Lokasi luka paling banyak terjadi di kepala dan ekstremitas atas (87%) diikuti ekstremitas bawah (82,6%) pada pejalan kaki serta di kepala (100%) diikuti ekstremitas atas (90,5%) dan ekstremitas bawah (85,7%) pada pengendara sepeda motor. Lokasi luka yang memiliki perbedaaan bermakna adalah luka pada dada, dimana pengendara sepeda motor lebih sering mengalami trauma pada dada dibandingkan pejalan kaki.
IV. KESIMPULAN
Pada pemeriksaan korban kecelakaan lalu lintas perlu dilakukan identifikasi, penjelasan dan deskripsi luka yang lengkap jika dibutuhkan pembuatan visum et repertum. Jenis luka yang sering ditemukan pada korban kecelakaan lalu lintas adalah luka lecet dengan lokasi paling banyak di bagian kepala.
V. REFERENSI
Angela, Z.A., Tomuka, D.C & Siwu, J. 2013. Pola Luka pada Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2010-2011. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 676-685.
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Abdul Mun'im, Sidhi, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Indriani, D & Yulianti, K. 2016. Pola Luka Korban Kecelakaan Lalu Lintas pada Pejalan Kaki dan Pengendara Sepeda Motor. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Kementrian Perhubungan RI Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Perhubungan darat dalam angka 2013. Jakarta; 2014.
Universitas Hasanuddin Makassar. 2012. Handout Keterampilan Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Laboratorium Keterampilan Klinik, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
World Health Organization (WHO). Global status report on road safety 2015. Switzerland; 2015.

No comments:

Post a Comment