A. PENGALAMAN
1. Bagaimana tatalaksana pada pasien?
2. Apakah edukasi yang tepat untuk pasien?
C. ANALISIS
DAFTAR PUSTAKA
Pasien datang ke poli mata RSUD, dengan keluhan utama
penglihatan kedua mata kabur. Pasien merasa kesulitan ketika membaca
tulisan yang dekat dan jauh. Keluhan dirasakan kurang lebih sejak 10 tahun
yang lalu dan semakin memberat. Penglihatan jauh dikatakan membaik dengan
memicingkan matanya. Bila membaca dengan jarak dekat, pasien merasa lebih
nyaman saat buku atau koran dijauhkan. Pasien merasa mata kiri lebih kabur
daripada mata kanan. Riwayat mata merah (-), nrocos (-), pandangan silau
(-), kotoran mata (-). Riwayat memakai kacamata sebelumnya disangkal.
B. MASALAH YANG DIKAJI
1. Bagaimana tatalaksana pada pasien?
2. Apakah edukasi yang tepat untuk pasien?
C. ANALISIS
I. KELAINAN REFRAKSI
Kelainan refraksi adalah keadaan di mana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidak seimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan
yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik
fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea
dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi
sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi dapat di depan
atau di belakang bintik kuning dan malahan tidak terletak pada satu titik
yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia,
astigmat, dan presbiopi.
Gambar 1. Emetrop
II. MEKANISME PENGLIHATAN NORMAL
Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang
bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di
tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas
cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil
tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak
di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen,
maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil
dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada di antara aqueous
humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum
suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang
bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke
retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot
siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih
kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris
akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya
sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan
sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya
tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap
oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak
terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan
yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
III. PRESBIOPIA
A) Definisi
Presbiopia adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan usia dimana
penglihatan kabur ketika melihat objek berjarak dekat. Presbiopia merupakan
proses degeneratif mata yang pada umumnya dimulai sekitar usia 40 tahun.
Kelainan ini terjadi karena lensa mata mengalami kehilangan elastisitas dan
kemampuan untuk berubah bentuk (IDI, 2014).
Gambar 2. Presbiopia
B) Epidemiologi
Prevalensi presbiopia merupakan kelainan refraksi yang paling sering
ditemukan di poliklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode
Juli 2014-Juli 2016, yaitu sebanyak 83,6% (2995 pasien). Jenis kelamin
perempuan lebih banyak menderita presbiopia daripada laki-laki. Usia
terbanyak menderita presbiopia berada pada rentang usia 40-65 tahun.
Berdasarkan pekerjaan, presbiopia lebih banyak diderita oleh ibu rumah
tangga (Kelangi, 2016).
C) Etiologi
Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu menurunnya
daya kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak dapat
mengendur secara sempurna. Gangguan akomodasi juga terjadi karena lensa
mata elastisitasnya berkurang pada usia lanjut akibat proses sklerosis yang
terjadi pada lensa mata.
D) Klasifikasi
1. Presbiopi Insipien: tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesis
didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi
kaca mata baca
2. Presbiopi Fungsional: Amplitudo akomodasi yang semakin menurun dan akan
didapatkan kelainan ketika diperiksa
3. Presbiopi Absolut: Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi
fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali
4. Presbiopi Prematur: Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun
dan biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau
obat-obatan
5. Presbiopi Nokturnal: Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi
gelap disebabkan oleh peningkatan diameter pupil
E) Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
a. Keluhan:
1) Penglihatan kabur ketika melihat dekat.
2) Gejala lainnya, setelah membaca mata terasa lelah, berair, dan sering
terasa perih.
3) Membaca dilakukan dengan menjauhkan kertas yang dibaca.
4) Terdapat gangguan pekerjaan terutama pada malam hari dan perlu sinar
lebih terang untuk membaca.
b. Faktor Risiko:
Usia lanjut umumnya lebih dari 40 tahun.
2. Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan refraksi untuk penglihatan jarak jauh dengan menggunakan Snellen Chart dilakukan terlebih dahulu.
2) Dilakukan refraksi penglihatan jarak dekat dengan menggunakan kartu
Jaeger. Lensa sferis positif ditambahkan pada lensa koreksi penglihatan
jauh, lalu pasien diminta untuk menyebutkan kalimat hingga kalimat terkecil
yang terbaca pada kartu. Target koreksi sebesar 20/30.
F) Penatalaksanaan
Koreksi kacamata lensa positif
USIA
|
KOREKSI LENSA
|
40 tahun
|
+ 1,0 D
|
45 tahun
|
+ 1,5 D
|
50 tahun
|
+2,0 D
|
55 tahun
|
+2,5 D
|
60 tahun
|
+3,0 D
|
G) Konseling dan Edukasi
1. Memberitahu pasien dan keluarga bahwa presbiopia merupakan kondisi
degeneratif yang dialami hampir semua orang dan dapat dikoreksi dengan
kacamata.
2. Pasien perlu kontrol setiap tahun, untuk memeriksa apakah terdapat
perubahan ukuran lensa koreksi.
IV. MIOPIA
A) Definisi
Miopia adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata
dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibiaskan ke titik fokus di
depan retina.
Gambar 3. Miopia
B) Klasifikasi
Miopia secara klinis:
1. Simpleks: kelainan fundus ringan, <-6,00 D
2. Patologis: disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau
miopia progresif, adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada
pemeriksaan oftalmoskop, >-6D.
Berdasarkan umur:
1. Kongenital: sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak
2. Miopia onset anak-anak: di bawah umur 20 tahun
3. Miopia onset awal dewasa: di antara umur 20 sampai 40 tahun
4. Miopia onset dewasa: di atas umur 40 tahun
Berdasarkan derajat beratnya miopia dibagi menjadi:
1. Miopia ringan < - 3,00 D
2. Miopia sedang - 3,25 s/d - 6,00 D
3. Miopia berat > - 6,00 D
C) Etiologi
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin,
kekurangan makanan, herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan
zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin). Ada dua penyebab yaitu:
daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang.
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah
bayangan jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu
panjang. Penyebab dari miopia aksial adalah perkembangan yang menyimpang
dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal kelahiran, yang
dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan kurvatura kornea atau
lensa, kelainan ini disebut miopia kurvatura.
Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan:
1. Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.
2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan
tekanan yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari
posisi tubuh yang membungkuk.
3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang
berlebihan.
Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu
kelainan pada bentuk kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa)
terjadi miopia karena lensa bertambah cembung atau akibat bertambah
padatnya inti lensa.
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal,
misalnya akibat kadar gula yang tinggi dalam cairan mata (diabetes
mellitus) atau kadar protein yang meninggi pada peradangan mata. Miopia
bias juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris (spasme
akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan
ini menimbulkan kelainan yang disebut pseudo miopia.
D) Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan
Penglihatan kabur bila melihat jauh, mata cepat lelah, pusing dan
mengantuk, cenderung memicingkan mata bila melihat jauh. Tidak terdapat
riwayat kelainan sistemik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, serta
buta senja.
Faktor Risiko
Genetik dan faktor lingkungan meliputi kebiasaan melihat/membaca dekat,
kurangnya aktivitas luar rumah, dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
E) Penatalaksanaan
Koreksi dengan kacamata lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan
tajam penglihatan terbaik.
F) Konseling dan Edukasi
1. Membaca dalam cahaya yang cukup dan tidak membaca dalam jarak terlalu
dekat.
2. Kontrol setidaknya satu kali dalam setahun untuk pemeriksaan refraksi,
bila ada keluhan.
G) Rujukan
1. Kelainan refraksi yang progresif
2. Kelainan refraksi yang tidak maju dengan koreksi atau tidak ditemukan
ukuran lensa yang memberikan perbaikan visus
3. Kelainan yang tidak maju dengan pinhole.
DOKUMENTASI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Grabag, Kab. Magelang
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Penglihatan kabur jauh dan dekat
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSUD, dengan keluhan utama
penglihatan kedua mata kabur. Pasien merasa kesulitan ketika membaca
tulisan yang dekat dan jauh. Keluhan dirasakan kurang lebih sejak 10 tahun
yang lalu dan semakin memberat. Penglihatan jauh dikatakan membaik dengan
memicingkan matanya. Bila membaca dengan jarak dekat, pasien merasa lebih
nyaman saat buku atau koran dijauhkan. Pasien merasa mata kiri lebih kabur
daripada mata kanan. Riwayat mata merah (-), nrocos (-), pandangan silau
(-), kotoran mata (-). Riwayat memakai kacamata sebelumnya disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan sama : Ibu menggunakan kacamata plus
E. Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan aktivitas sehari-hari di rumah
III. STATUS GENERALIS
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
IV. STATUS OFTALMOLOGIS
Pemeriksaan
|
Oculli dextra (OD)
|
Oculli sinistra (OS)
|
Visus Jauh
|
6/6
|
6/7,5
|
Spheris
|
plano
|
-0,25 D
|
Refraksi
|
Emetropia
|
Miopia
|
Koreksi
|
6/6
|
6/6
|
Visus Dekat
|
Spheris: Addisi +2,50 D
|
Spheris: Addisi +2,50 D
|
Refraksi
|
Presbiopia
|
Presbiopia
|
Koreksi
|
30/30
|
30/30
|
Proyeksi sinar
|
Dapat membedakan arah sinar
|
Dapat membedakan arah sinar
|
Proyeksi warna
|
Tidak dilakukan
|
Tidak dilakukan
|
Pemeriksaan
|
OD
|
OS
|
1. Sekitar mata (supersilia) |
Kedudukan alis baik, scar (-)
|
Kedudukan alis baik, scar (-)
|
2. Kelopak mata | ||
A. Pasangan |
N
|
N
|
B. Gerakan |
N
|
N
|
C. Lebar rima |
9 mm
|
9 mm
|
D. Kulit |
N
|
N
|
E. Tepi kelopak |
N
|
N
|
3. Apparatus Lakrimalis | ||
A. Sekitar glandula lakrimalis |
N
|
N
|
B. Sekitar saccus lakrimalis |
N
|
N
|
C. Uji flurosensi |
-
|
-
|
D. Uji regurgitasi |
-
|
-
|
E. Tes Anel |
-
|
-
|
4. Bola Mata | ||
A. Pasangan |
N
|
N
|
B. Gerakan |
N
|
N
|
C. Ukuran |
N
|
N
|
5. TIO |
Palpasi: konsistensi kenyal
|
Palpasi: konsistensi kenyal
|
6. Konjungtiva | ||
A. Palpebra superior |
Hiperemis (-)
|
Hiperemis (-)
|
B. Forniks |
Tenang
|
Tenang
|
C. Palpebra inferior |
Hiperemis (-)
|
Hiperemis (-)
|
D. Bulbi |
Hiperemis (-)
|
Hiperemis (-)
|
7. Sklera |
Ikterik (-), perdarahan(-)
|
Ikterik (-), perdarahan(-)
|
8. Kornea | ||
1. Ukuran |
Ø 10 mm
|
Ø 10 mm
|
2. Kecembungan |
N
|
N
|
3. Permukaan |
N
|
N
|
4. Uji Flurosensi |
-
|
-
|
5. Placido |
-
|
-
|
9. Camera oculi anterior | ||
A. Ukuran |
N
|
N
|
B. Isi |
Jernih, fler (-), hifema (-), hipopion (-)
|
Jernih, fler (-), hifema (-), hipopion (-)
|
10. Iris | ||
A. Warna |
Coklat
|
Coklat
|
B. Bentuk |
Bulat
|
Bulat
|
11. Pupil | ||
A. Ukuran |
Ø 3 mm
|
Ø 3 mm
|
B. Bentuk |
Bulat
|
Bulat
|
C. Tempat |
Sentral
|
Sentral
|
D. Tepi |
Reguler
|
Reguler
|
E. Reflek direct |
+
|
+
|
F. Reflek indirect |
+
|
+
|
12. Lensa | ||
A. Ada/tidak |
Ada
|
Ada
|
B. Kejernihan |
Jernih
|
Jernih
|
C. Letak |
Sentral, belakang iris
|
Sentral, belakang iris
|
V. DIAGNOSIS
A. Diagnosis Banding
ODS Presbiopia
OS Miopia
B. Diagnosis Kerja
OD Presbiopia
OS Miopia, Presbiopia
VI. PENATALAKSANAAN
A. Diberikan kacamata koreksi yang sesuai
RESEP KACAMATA
Untuk Jauh
Untuk Dekat
90°
|
90°
|
|||||||||
Kanan 180°_______|_______ 0°
|
Kiri 180°_______|_______ 0°
|
|||||||||
Sph D
|
Cylinder
|
Prisma
|
Sph D
|
Cylinder
|
Prisma
|
|||||
D
|
As
|
Gr
|
Bas
|
D
|
As
|
Gr
|
Bas
|
|||
Untuk Jauh
|
-
|
-0,25
|
||||||||
Untuk Dekat
|
+2,50
|
+2,25
|
||||||||
Distantia pupilaris : 68/66 mm
B. Edukasi
Diberikan edukasi kepada pasien untuk rutin menggunakan kacamata dan
kontrol minimal setahun sekali.
VII. PROGNOSIS
OD | OS | |
1. Ad vitam | Dubia ad bonam | Dubia ad bonam |
2. Ad fungsionam | Dubia ad bonam | Dubia ad bonam |
3. Ad sanam | Dubia ad bonam | Dubia ad bonam |
4. Ad kosmetikum | Dubia ad bonam | Dubia ad bonam |
DAFTAR PUSTAKA
1. IDI, 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
2. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.
3. Kelangi, W, Rares, L & Sumual, V. 2016. Kelainan Refraksi di
Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2014-Juli
2016. Jurnal Kedokteran Klinik (JKK), Volume 1, No. 1, Desember 2016
(83-91).
4. Schactar, Ronald. 2014. Presbyopia-Cause and Treatment.
https://emedicine.medscape.com/article/1219573-overview
No comments:
Post a Comment