Friday, November 30, 2018

Mata-PRESBIOPIA, MIOPIA

A. PENGALAMAN
Pasien datang ke poli mata RSUD, dengan keluhan utama penglihatan kedua mata kabur. Pasien merasa kesulitan ketika membaca tulisan yang dekat dan jauh. Keluhan dirasakan kurang lebih sejak 10 tahun yang lalu dan semakin memberat. Penglihatan jauh dikatakan membaik dengan memicingkan matanya. Bila membaca dengan jarak dekat, pasien merasa lebih nyaman saat buku atau koran dijauhkan. Pasien merasa mata kiri lebih kabur daripada mata kanan. Riwayat mata merah (-), nrocos (-), pandangan silau (-), kotoran mata (-). Riwayat memakai kacamata sebelumnya disangkal.
B. MASALAH YANG DIKAJI
1. Bagaimana tatalaksana pada pasien?
2. Apakah edukasi yang tepat untuk pasien?
C. ANALISIS
I. KELAINAN REFRAKSI
Kelainan refraksi adalah keadaan di mana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan malahan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, astigmat, dan presbiopi.
Gambar 1. Emetrop
II. MEKANISME PENGLIHATAN NORMAL
 
Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada di antara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
III. PRESBIOPIA
A) Definisi
Presbiopia adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan usia dimana penglihatan kabur ketika melihat objek berjarak dekat. Presbiopia merupakan proses degeneratif mata yang pada umumnya dimulai sekitar usia 40 tahun. Kelainan ini terjadi karena lensa mata mengalami kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk berubah bentuk (IDI, 2014).

 Gambar 2. Presbiopia
B) Epidemiologi
Prevalensi presbiopia merupakan kelainan refraksi yang paling sering ditemukan di poliklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2014-Juli 2016, yaitu sebanyak 83,6% (2995 pasien). Jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita presbiopia daripada laki-laki. Usia terbanyak menderita presbiopia berada pada rentang usia 40-65 tahun. Berdasarkan pekerjaan, presbiopia lebih banyak diderita oleh ibu rumah tangga (Kelangi, 2016).
C) Etiologi
Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu menurunnya daya kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak dapat mengendur secara sempurna. Gangguan akomodasi juga terjadi karena lensa mata elastisitasnya berkurang pada usia lanjut akibat proses sklerosis yang terjadi pada lensa mata.
D) Klasifikasi
1. Presbiopi Insipien: tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesis didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca
2. Presbiopi Fungsional: Amplitudo akomodasi yang semakin menurun dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa
3. Presbiopi Absolut: Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali
4. Presbiopi Prematur: Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan
5. Presbiopi Nokturnal: Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap disebabkan oleh peningkatan diameter pupil
E) Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
a. Keluhan:
1) Penglihatan kabur ketika melihat dekat.
2) Gejala lainnya, setelah membaca mata terasa lelah, berair, dan sering terasa perih.
3) Membaca dilakukan dengan menjauhkan kertas yang dibaca.
4) Terdapat gangguan pekerjaan terutama pada malam hari dan perlu sinar lebih terang untuk membaca.
b. Faktor Risiko:
Usia lanjut umumnya lebih dari 40 tahun.
2. Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan refraksi untuk penglihatan jarak jauh dengan menggunakan Snellen Chart dilakukan terlebih dahulu.
2) Dilakukan refraksi penglihatan jarak dekat dengan menggunakan kartu Jaeger. Lensa sferis positif ditambahkan pada lensa koreksi penglihatan jauh, lalu pasien diminta untuk menyebutkan kalimat hingga kalimat terkecil yang terbaca pada kartu. Target koreksi sebesar 20/30.
F) Penatalaksanaan
Koreksi kacamata lensa positif
USIA
KOREKSI LENSA
40 tahun
+ 1,0 D
45 tahun
+ 1,5 D
50 tahun
+2,0 D
55 tahun
+2,5 D
60 tahun
+3,0 D
G) Konseling dan Edukasi
1. Memberitahu pasien dan keluarga bahwa presbiopia merupakan kondisi degeneratif yang dialami hampir semua orang dan dapat dikoreksi dengan kacamata.
2. Pasien perlu kontrol setiap tahun, untuk memeriksa apakah terdapat perubahan ukuran lensa koreksi.
IV. MIOPIA
A) Definisi
Miopia adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibiaskan ke titik fokus di depan retina.

Gambar 3. Miopia
B) Klasifikasi
Miopia secara klinis:
1. Simpleks: kelainan fundus ringan, <-6,00 D
2. Patologis: disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif, adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskop, >-6D.
Berdasarkan umur:
1. Kongenital: sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak
2. Miopia onset anak-anak: di bawah umur 20 tahun
3. Miopia onset awal dewasa: di antara umur 20 sampai 40 tahun
4. Miopia onset dewasa: di atas umur 40 tahun
Berdasarkan derajat beratnya miopia dibagi menjadi:
1. Miopia ringan < - 3,00 D
2. Miopia sedang - 3,25 s/d - 6,00 D
3. Miopia berat > - 6,00 D
C) Etiologi
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan, herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin). Ada dua penyebab yaitu: daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang.
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa, kelainan ini disebut miopia kurvatura.
Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan:
1. Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.
2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari posisi tubuh yang membungkuk.
3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang berlebihan.
Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada bentuk kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa bertambah cembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa.
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya akibat kadar gula yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein yang meninggi pada peradangan mata. Miopia bias juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris (spasme akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan ini menimbulkan kelainan yang disebut pseudo miopia.
D) Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan
Penglihatan kabur bila melihat jauh, mata cepat lelah, pusing dan mengantuk, cenderung memicingkan mata bila melihat jauh. Tidak terdapat riwayat kelainan sistemik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, serta buta senja.
Faktor Risiko
Genetik dan faktor lingkungan meliputi kebiasaan melihat/membaca dekat, kurangnya aktivitas luar rumah, dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
E) Penatalaksanaan
Koreksi dengan kacamata lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik.
F) Konseling dan Edukasi
1. Membaca dalam cahaya yang cukup dan tidak membaca dalam jarak terlalu dekat.
2. Kontrol setidaknya satu kali dalam setahun untuk pemeriksaan refraksi, bila ada keluhan.
G) Rujukan
1. Kelainan refraksi yang progresif
2. Kelainan refraksi yang tidak maju dengan koreksi atau tidak ditemukan ukuran lensa yang memberikan perbaikan visus
3. Kelainan yang tidak maju dengan pinhole.
DOKUMENTASI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Grabag, Kab. Magelang
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Penglihatan kabur jauh dan dekat
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSUD, dengan keluhan utama penglihatan kedua mata kabur. Pasien merasa kesulitan ketika membaca tulisan yang dekat dan jauh. Keluhan dirasakan kurang lebih sejak 10 tahun yang lalu dan semakin memberat. Penglihatan jauh dikatakan membaik dengan memicingkan matanya. Bila membaca dengan jarak dekat, pasien merasa lebih nyaman saat buku atau koran dijauhkan. Pasien merasa mata kiri lebih kabur daripada mata kanan. Riwayat mata merah (-), nrocos (-), pandangan silau (-), kotoran mata (-). Riwayat memakai kacamata sebelumnya disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan sama : Ibu menggunakan kacamata plus
E. Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan aktivitas sehari-hari di rumah
III. STATUS GENERALIS
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
IV. STATUS OFTALMOLOGIS
Pemeriksaan
Oculli dextra (OD)
Oculli sinistra (OS)
Visus Jauh
6/6
6/7,5
Spheris
plano
-0,25 D
Refraksi
Emetropia
Miopia
Koreksi
6/6
6/6
Visus Dekat
Spheris: Addisi +2,50 D
Spheris: Addisi +2,50 D
Refraksi
Presbiopia
Presbiopia
Koreksi
30/30
30/30
Proyeksi sinar
Dapat membedakan arah sinar
Dapat membedakan arah sinar
Proyeksi warna
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Pemeriksaan
OD
OS
1. Sekitar mata (supersilia)
Kedudukan alis baik, scar (-)
Kedudukan alis baik, scar (-)
2. Kelopak mata
A. Pasangan
N
N
B. Gerakan
N
N
C. Lebar rima
9 mm
9 mm
D. Kulit
N
N
E. Tepi kelopak
N
N
3. Apparatus Lakrimalis
A. Sekitar glandula lakrimalis
N
N
B. Sekitar saccus lakrimalis
N
N
C. Uji flurosensi
-
-
D. Uji regurgitasi
-
-
E. Tes Anel
-
-
4. Bola Mata
A. Pasangan
N
N
B. Gerakan
N
N
C. Ukuran
N
N
5. TIO
Palpasi: konsistensi kenyal
Palpasi: konsistensi kenyal
6. Konjungtiva
A. Palpebra superior
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
B. Forniks
Tenang
Tenang
C. Palpebra inferior
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
D. Bulbi
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
7. Sklera
Ikterik (-), perdarahan(-)
Ikterik (-), perdarahan(-)
8. Kornea
1. Ukuran
Ø 10 mm
Ø 10 mm
2. Kecembungan
N
N
3. Permukaan
N
N
4. Uji Flurosensi
-
-
5. Placido
-
-
9. Camera oculi anterior
A. Ukuran
N
N
B. Isi
Jernih, fler (-), hifema (-), hipopion (-)
Jernih, fler (-), hifema (-), hipopion (-)
10. Iris
A. Warna
Coklat
Coklat
B. Bentuk
Bulat
Bulat
11. Pupil
A. Ukuran
Ø 3 mm
Ø 3 mm
B. Bentuk
Bulat
Bulat
C. Tempat
Sentral
Sentral
D. Tepi
Reguler
Reguler
E. Reflek direct
+
+
F. Reflek indirect
+
+
12. Lensa
A. Ada/tidak
Ada
Ada
B. Kejernihan
Jernih
Jernih
C. Letak
Sentral, belakang iris
Sentral, belakang iris
V. DIAGNOSIS
A. Diagnosis Banding
ODS Presbiopia
OS Miopia
B. Diagnosis Kerja
OD Presbiopia
OS Miopia, Presbiopia
VI. PENATALAKSANAAN
A. Diberikan kacamata koreksi yang sesuai
RESEP KACAMATA
Untuk Jauh
Untuk Dekat
90°
90°
Kanan 180°_______|_______ 0°
Kiri 180°_______|_______ 0°
Sph D
Cylinder
Prisma
Sph D
Cylinder
Prisma
D
As
Gr
Bas
D
As
Gr
Bas
Untuk Jauh
-
-0,25
Untuk Dekat
+2,50
+2,25
Distantia pupilaris : 68/66 mm
B. Edukasi
Diberikan edukasi kepada pasien untuk rutin menggunakan kacamata dan kontrol minimal setahun sekali.
VII. PROGNOSIS
OD OS
1. Ad vitam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
2. Ad fungsionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
3. Ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
4. Ad kosmetikum Dubia ad bonam Dubia ad bonam




DAFTAR PUSTAKA
1. IDI, 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
2. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2. Jakarta.
3. Kelangi, W, Rares, L & Sumual, V. 2016. Kelainan Refraksi di Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2014-Juli 2016. Jurnal Kedokteran Klinik (JKK), Volume 1, No. 1, Desember 2016 (83-91).
4. Schactar, Ronald. 2014. Presbyopia-Cause and Treatment. https://emedicine.medscape.com/article/1219573-overview

No comments:

Post a Comment